duniafintech.com – Perusahaan moda ventura dari Jerman, Global Founders Capital (GFC) memberikan dana seri A kepada salah satu penyelenggara fintech di bidang pendidikan, Pintek.
GFC yang enggan menyebutkan nominal pendanaan, diketahui telah menjadi pendana beberapa startup, beberapa diantaranya ialah Traveloka, Facebook, Lazada, Trivago dan banyak lagi.
Finch Capital dan Amand Ventures selaku pionir pendana Pintek juga kembali mengambil bagian di pendanaan kali ini. Ada pun keran pendanaan ini dibuka oleh induk dari Pintek, SoCap.
Pintek yang mengawali debutnya dengan nama Pinduit telah menawarkan program pinjaman pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Universitas. Sejak Oktober lalu, pemohon pinjaman telah meningkat sebanyak 20 kali lipat. Selain itu, non performing loan (NPL) yang tetap konsisten ditekan di bawah 1%.
Baca juga:
- Tribelio, Platform Komunitas dan Bisnis UMKM Miliki 20000+ Pengguna di Indonesia
- Peduli Etika Pertambangan Mineral, Volvo Gabung Jaringan Blockchain
- Menghadapi Revolusi Industri 4.0 untuk Para UMKM? Berikut Kata Sandiaga Uno
- Uang Non Tunai Menjadi Penggerak Utama Pertumbuhan Ekonomi
Fintech Pendidikan Berpotensi Tekan Angka Putus Sekolah
Selain Pinduit, terdapat beberapa fintech yang berfokus pada bidang pendidikan. Salah satunya Dana Cita yang memberikan solusi berjangka untuk keuangan pendidikan. Dengan misi memperluas jangkauan pendidikan, fintech ini hadir untuk menghapus disparitas biaya pendidikan yang terjadi di masyarakat.
Ada pun Dana Cita menawarkan pinjaman jenjang Universitas serta beberapa program vokasi pilihan. Pinjaman tersebut bisa diberikan untuk uang pangkal, biaya gedung, semester serta beberapa program biaya pendidikan lainnya.
Pengajuan pinjaman bisa mencapai periode pendidikan selama 6 tahun dengan bunga berjangka 1 sampai 1,75% per bulannya.
Selanjutnya, terdapat klaster fintech crowdfunding (galang dana) yang juga berfokus pada pendidikan yakni DANAdidik. Pinjaman pada fintech satu ini terbilang cukup memudahkan peminjam, dengan tidak menekankan bunga pada saat peminjam menempuh program pendidikannya. Tenor yang berjangka 4 tahun serta sistem cicil berjumlaj 10-30% dari gaji yang didapatkan peminjam ketika sudah bekerja, dinilai menjadi sistem yang adil untuk kedua belah pihak.
Sejatinya pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu, dengan hadirnya teknologi yang membantu solusi keuangan dalam pendidikan, diharapkan kualitas Sumber Daya Manusia serta angka putus sekolah dapat ditekan.
Menurut data yang dihimpun dari Kementerian Pendidikan dan Budaya, angka putus sekolah pada 2018/2019 mencapai 57.426 siswa untuk kelas 1-6 SD. Sementara itu, untuk jenjang SMA, angka putus sekolah mencapai 31.123 untuk setiap putus sekolah di kelas X, XI dan XII.
-Fauzan-