Site icon Dunia Fintech

Fluktuasi Harga Emas Global: Dolar Menguat, Kebijakan The Fed Jadi Penentu Pasar

Waduh, Harga Emas Lesu! Apa yang Terjadi?

Waduh, Harga Emas Lesu! Apa yang Terjadi?

JAKARTA, 18 November 2024 – Harga emas global terus menunjukkan fluktuasi di tengah ekspektasi kebijakan moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Kebijakan yang diperkirakan akan kurang agresif dalam memangkas suku bunga memperkuat dolar AS, yang pada gilirannya mengurangi daya tarik emas bagi investor.

Pergerakan Harga Emas Global dan Dolar

Berdasarkan data Refinitiv, harga emas di pasar spot pada Jumat (15/11/2024) tercatat di level USD 2.561,24 per troy ounce, turun 0,19% dibandingkan hari sebelumnya. Namun, pada awal perdagangan Senin (18/11/2024) pukul 06.15 WIB, harga emas menunjukkan penguatan sebesar 0,47%, menjadi USD 2.573,29 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari satu bulan. Pada perdagangan Jumat (15/11/2024), indeks dolar berada di level 106,723, yang merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2023. Penguatan dolar ini membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga permintaan logam mulia tersebut menurun.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat. Data terbaru menunjukkan penjualan ritel di AS untuk bulan Oktober 2024 mengalami kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan, mengindikasikan daya beli konsumen yang masih kuat.

Faktor Fundamental dan Prospek Kebijakan The Fed

Alex Ebkarian, Chief Operating Officer di Allegiance Gold, menyebutkan bahwa fokus investor kini kembali pada fundamental emas setelah ketidakpastian jangka pendek berkurang.

“Semua ketidakpastian, khususnya dalam waktu dekat, telah berkurang. Sekarang, harga emas bergerak berdasarkan fundamental dasar,” ujarnya.

Rencana tarif dari Presiden terpilih Donald Trump juga diperkirakan dapat memicu inflasi yang lebih tinggi, yang pada akhirnya mungkin memperlambat siklus pelonggaran suku bunga oleh The Fed. Hal ini menambah tekanan pada emas, yang merupakan aset non-yielding atau tidak memberikan imbal hasil.

Ketua The Fed Jerome Powell baru-baru ini menyatakan bahwa tidak ada urgensi bagi bank sentral AS untuk segera menurunkan suku bunga. Pernyataan ini memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan moneter akan tetap ketat dalam waktu dekat. Alat CME FedWatch kini mencatat peluang sebesar 62% untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember 2024, turun dari 83% sehari sebelumnya.

Menurut Carlo Alberto De Casa, analis pasar dari Kinesis Money, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS memiliki dampak negatif jangka pendek pada harga emas. Namun, jika ketidakpastian meningkat dalam jangka menengah, logam mulia ini dapat kembali diminati.

Dinamika Pasar Emas Global

Selain tekanan dari kebijakan moneter AS, dinamika pasar emas juga dipengaruhi oleh permintaan global. Menurut laporan terbaru World Gold Council (WGC), permintaan emas fisik dari sektor perhiasan di India dan China—dua konsumen emas terbesar dunia—turun 5% pada kuartal ketiga 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh harga emas yang lebih tinggi dalam mata uang lokal, sehingga menekan daya beli konsumen.

Di sisi lain, permintaan dari investor institusional tetap solid. Data menunjukkan bahwa arus masuk ke exchange-traded funds (ETF) berbasis emas meningkat sebesar 7% dalam tiga bulan terakhir, didorong oleh ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah.

Prospek Harga Emas

Meski emas saat ini berada di bawah tekanan, beberapa analis memperkirakan adanya potensi pemulihan harga dalam jangka panjang. Hal ini didasarkan pada ekspektasi bahwa The Fed pada akhirnya akan melonggarkan kebijakan moneternya di tahun 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ketegangan geopolitik yang terus berlangsung dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe-haven.

Namun, dalam jangka pendek, prospek emas masih bergantung pada arah kebijakan moneter AS dan kekuatan dolar. Dengan imbal hasil obligasi yang tetap tinggi, investor kemungkinan besar akan terus memilih aset-aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, sehingga membatasi kenaikan harga emas.

Harga emas saat ini menghadapi tantangan dari penguatan dolar AS dan prospek kebijakan moneter The Fed yang cenderung ketat. Meskipun ada potensi pemulihan di masa depan, investor diharapkan tetap berhati-hati dalam memantau perkembangan pasar, termasuk kebijakan ekonomi global dan dinamika permintaan emas secara keseluruhan.

Dalam situasi pasar yang dinamis ini, diversifikasi aset menjadi strategi yang penting untuk mengelola risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan.

Exit mobile version