duniafintech.com – Forum media briefing: University of Technology Sydney (UTS) mengenai kolaborasi antara Indonesia dan Australia yang di selenggarakan hari Rabu, 31 Januari 2018, di Fairmont Hotel Jakarta. Dalam forum tersebut menghadirkan para pembicara yang sangat berperan besar terhadap gerakan pembangunan Smart City antara lain:
-Profesor Anthony Burke selaku Dekan Kerjasama Internasional dan Eksternal UTS School of Architecture
-Profesor Prasuna Reddy selaku Dekan Internasional dan Kemajuan, Fakultas Kesehatan, Guru Besar Metal Health, UTS Faculty of Health
-Mariam Kartikatresni selaku Direktur Pengembangan Indonesia UTS Inseacrch
-Profesor Dr Ir Suhono Harso Supangkat selaku Ketua Smart Indonesia Initiatives Institut Teknologi Bandung (ITB)
Forum tersebut dipandu oleh Kate Dennis selaku Head of Corporate Communications, UTS Insearch dengan topik-topik yang dibahas antara lain, Indonesia-Australia Digital Forum, kolaborasi antara Indonesia dan Australia, kerjasama yang akan dilakukan UTS dan ITB, serta UTS Insearch dan kerjasama yang dilakukan dengan Universitas Brawijaya, dimana dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan dapat membantu dalam membangun Smart City yang berkelanjutan.
Baca juga : menelisik-tren-e-commerce-fintech-iot-di-tahun-2018/
Fokus utama dalam forum tersebut mengenai peranan masyarakat, dimana masyarakat juga terlibat lebih dalam untuk membangun Smart City. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan memfasilitasi masyarakat untuk lebih terlibat terhadap Smart City mendatang.
Yang diharapkan dari kolaborasi UTS dan ITB adalah membuat suatu riset yang sangat spesifik ke regional kita dan juga itu yang akan kita bangun bersama. Karena setiap lokasi itu mempunyai ciri sendiri mengenai Smart City yang baik”, ungkap Mariam Kartikatresni.
Peranan masyarakat di dalam smart city ini sangat penting, itu yang dilihat UTS juga dan juga perlu diperhatikan untuk membangun posisi yang efektif”, tambahnya.
“Kami ingin sama-sama berkolaborasi di dalam menyelesaikan persoalan kota. Kota itu banyak persoalan terkait dengan urbanisasi yang menyebabkan hampir diatas 50 persen penduduk Indonesia berada di kota. Hampir diseluruh kota sekarang macet, masalah sampah, masalah energi, kemiskinan dan sebagainya”, terang Profesor Dr Ir Suhono Harso Supangkat.
Baca juga : deutshe-welle-dan-mnc-menggelar-forum-founders-startup-di-indonesia/
Berawal dari melihat permasalahan-permasalahan tersebut, UTS dan ITB memulai kerjasamanya dalam membangun Smart City. Profesor Dr Ir Suhono Harso Supangkat menjelaskan mengenai gerakan yang dibuat dalam kolaborasi UTS dan ITB untuk membangun Smart City.
Untuk itu kita sama-sama membuat initiative research and development ke dalam pengembangan model, ataupun solusi terkait dengan Smart City. Jadi kami sama-sama akan melakukan research di DKI dan kemudian di kota-kota lain,” ungkapnya.
“Untuk kolaborasi UTS dan ITB, UTS memiliki sangat beragam jurusan-jurusan, misalnya ada yang di art, engineering, hukum yang mungkin akan memperkaya dalam hal menyelesaikan permasalahan kota-kota besar, dan itu yang dianggap menjadikan suatu kota itu Smart City”, tambah Mariam Kartikatresni.
Baca juga : cerdas-berinvestasi-saham/
Di sisi lain, Professor Prasuna Reddy membahas Smart City dari sudut pandang kesehatan mental
“Di dalam Smart City ini, saya menekankan kebahagiaan di dalam rumah, kebahagiaan di dalam masyarakat, dan kebahagiaan di kehidupan sehari-hari. Individu yang paling bahagia berdasarkan dari research adalah ‘a people who have life satisfaction,” terangnya
Menurut Professor Prasuna Reddy , individu yang paling bahagia ini bukanlah individu yang kaya raya, melainkan individu yang memiliki rasa kepuasan dalam hidupnya, individu tersebut merasa hidupnya cukup serta melihat masalah sebagai tantangan bukan sebagai masalah.
Professor Prasuna Reddy juga menjelaskan bahwa konsep Smart City berfokus pada kebahagiaan dan kesejahteraan tiap masing-masing individu, dan setiap masyarakat memiliki hak yang sama untuk bahagia, sehingga masyarakat memiliki banyak relasi yang baik, lingkungan yang lebih baik, serta komunikasi yang lebih baik pula.
Dengan karakteristik yang berbeda dan negara yang berbeda pula tidak menghalangi tekad mereka untuk membangun Smart City.
Penting adanya kolaborasi seperti ini, agar kita bisa melihat dimana kedua negara ini (Indonesia dan Australia) saling belajar”, jelas Mariam Kartikatresni.
“Perbedaan itu kan yang menarik, jadi perbedaan itu bukan dilihat sebagai sesuatu yang kurang tapi sebagai prinsip dari Smart City , mengenai bagaimana kita sufisien terhadap kebutuhan hidup”, ungkap Profesor Dr Ir Suhono Harso Supangkat
Menurut Profesor Anthony Burke, salah satu peranan mereka dalam research kolaborasi ini adalah bekerja dengan pemerintahan sehingga dapat memberikan masukan mengenai apa yang perlu dilakukan dalam membangun Smart City.
Profesor Dr Ir Suhono Harso Supangkat menggaris bawahi bahwa Smart City adalah gerakan membangun kota bukan sebuah program.
Membangun Smart Cityis not only about technology tetapi juga bagaimana hubungan antara satu dengan yang lain. Teknologi itu penting tapi belum cukup sehingga bagaimana smart birokrat, smart people, dan juga komponen-komponen yang mendukung itu menjadi satu kesatuan”, tutupnya.
Written by: Dinda Luvita