Site icon Dunia Fintech

GOOGLE TRANSLATE BANTU KERJA JURNALIS, BENARKAH?

GOOGLE TRANSLATE BANTU KERJA JURNALIS, BENARKAH?

duniafintech.com – Keberadaan Google Translate memang sangat membantu mereka yang ingin mengetahui terjemahan atau padanan kata secara cepat tanpa harus membolak-balik kamus. Dukungan berbagai jenis bahasa dan karakter tulisan menjadikan mesin penerjemah buatan Google ini menjadi primadona pengganti kamus.

Google Translate pun tak perlu lama menjadi primadona bagi sejumlah orang dalam berbagai profesi, seperti jurnalis. Keandalan Google Translate diperlukan bagi jurnalis dalam menulis artikel sebelum dipublikasikan. Apalagi, sumber berita yang ditulisnya berasal dari luar negeri. Tak hanya itu, Google Translate juga mendukung pola kerja jurnalis yang mobile sehingga unsur kecepatan dapat terbantu.

Baca juga: https://duniafintech.com/peran-youtube-dalam-strategi-marketing-di-era-digital/

Namun, perlu diingat, Google Translate bukan tanpa kelemahan atau kekurangan. Kelemahan ini tampak saat Google Translate ‘diperintahkan’ menerjemahkan kalimat atau paragraf dalam Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya. Sejumlah paduan kata dan susunan kalimat masih ada yang kurang tepat. Belum lagi untuk urusan grammar.

Ironisnya, kelemahan ini justru dipertontonkan oleh segelintir jurnalis. Mereka–dengan malasnya–menyalin hasil terjemahan ke dalam draft artikelnya. Parahnya, tidak sedikit pula editor tidak menyuntingnya dengan lebih teliti. Padahal, Google Translate belum 100% akurat.

Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan–setidaknya basic skill–bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya sebelum menggunakan hasil terjemahan Google Translate. Untuk melengkapi referensi, jurnalis juga sebaiknya memakai sumber lain, seperti kamus online, yang kini juga banyak ditemui di dunia maya.

Meski masih memiliki berbagai kekurangan, Google senantiasa meningkatkan kualitas terjemahan di Google Translate. Selain itu, pengembangan fitur pada Google Translate ternyata banyak terinspirasi dari kebiasaan orang Indonesia. Hal itu diungkap oleh Product Communications Head Google Indonesia Putri Silalahi beberapa waktu lalu.

Menurutnya, salah satu fitur yang mempertimbangkan pengguna dari Indonesia adalah kemampuan penerjemahan offline. Kehadiran fitur tersebut, menurut Putri, tak lepas dari ketersediaan jaringan internet di Indonesia yang belum merata, ditambah kebiasaan pengguna smartphone yang terkadang enggan terhubung dengan jaringan seluler.

Baca juga: httpsenam-inovasi-yang-akan-mendorong-transformari-industri-fintech-di-indonesia/

Tak hanya itu, fitur Tap-to-Translate juga terinspirasi dari kebiasaan pengguna smartphone di Indonesia yang sangat memanfaatkan aplikasi chatting,” ujarnya.

Tap-to-Translate sendiri merupakan fitur yang memudahkan pengguna smartphone menerjemahkan kata-kata asing dalam sebuah aplikasi tanpa perlu keluar dari aplikasi tersebut. Jadi, pengguna cukup mem-blok sebuah kata dan opsi menerjemahkan akan muncul.

Terkini, teknologi Neural Machine Translation (NMT) yang sudah dikembangkan sejak tahun 2016 juga dibenamkan pada Google Translate versi Bahasa Indonesia. Kehadiran teknologi anyar itu juga tak lepas dari preferensi pengguna layanan penerjemah online di IndonesiaBerdasarkan riset Google, ada lima faktor yang kerap dijadikan prefensi pengguna layanan penerjemah online di tanah air, yaitu mudah digunakan, cepat, bekerja antar-perangkat, memiliki fitur audio playback untuk mengetahui cara pengucapan, dan tata bahasa. Tak heran, sekarang ini teknologi NMT sudah dibenamkan pada Google Translate Bahasa Indonesia.

Google Translate untuk bahasa Indonesia kini dibekali dengan teknologi NMT. Dengan teknologi ini, hasil terjemahan dapat mendekati penerjemah manusia,” ujar Macduff Hughes, Engineering Director Google Translate melalui video conference dalam sebuah kesempatan, dilansir dari liputan6.com

Baca juga: https://duniafintech.com/analisis-pasar-remittance-global-dan-prospek-industri-2018-2022/

Hal tersebut dimungkinkan sebab dengan teknologi ini, Google Translate tak lagi menerjemahkan sebuah kalimat secara kata per kata. Melalui teknologi neural, sistem penerjemah dapat mengerti sebuah kalimat secara utuh, termasuk mengartikannya sesuai tata bahasa dan gender.

Written by: Sebastian Atmodjo

Exit mobile version