JAKARTA, duniafintech.com – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) akan terpampang alias listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai besok, Senin (11/4). Pada hari hari pertama melantai di bursa itu, saham GoTo sudah dapat diperdagangkan di pasar reguler.
Namun, ada satu hal yang menjadi perdebatan dari IPO itu, yakni akankah nasib buruk yang dialami oleh PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) bakal terulang kembali di GoTo?
Diketahui, ada banyak pihak yang menyamakan IPO GoTo dengan BUKA. Pasalnya, di samping berasal dari sektor usaha yang sama, kedua perusahaan pun sama-sama masih mengalami kerugian.
Jika mengingat lagi perjalanan saham BUKA kala pertama kali listing sampai dengan saat ini, hasilnya memang boleh disebut mengecewakan. Adapun saham BUKA pertama kali dicatatkan di pasar modal pada 6 Agustus 2021 dengan harga penawaran awal Rp850.
Pada hari pertama perdagangannya, saham BUKA langsung melejit dengan 24,71% ke posisi Rp1.060. Akan tetapi, euforia itu nyatanya tidak berlangsung lama. Pasalnya, pada perdagangan 10 Agustus 2021, saham BUKA langsung anjlok bahkan hingga level paling bawah atau menyentuh auto reject bawah (ARB), yakni urun 6,76% ke level Rp1.035.
Adapun posisi saham BUKA pada penutupan kemarin berada di level Rp348. Itu berarti, saham BUKA sudah turun 59% dari harga IPO. Lantas, apakah nasib buruk saham Bukalapak ini bakal terulang kembali di GoTo?
Berbeda dengan Bukalapak
Analis Kanaka Hita Solvera (KHS), Andhika Cipta Labora, mengatakan bahwa nasib saham GoTo akan berbeda dengan Bukalapak (BUKA). Hal itu terjadi karena GoTo adalah market leader di sektornya dan punya jaringan yang lebih luas.
“Menurut kami, karena GoTo adalah market leader dan memiliki ekosistem yang luas, investor akan lebih memburu saham GoTo yang membuat pergerakan harga berpotensi mengalami kenaikan,” katanya, Minggu (10/4), seperti dikutip dari Detik.com.
Di lain sisi, untuk harga saham GoTo yang ditetapkan di level Rp338, kata Andhika lagi, harga saham itu boleh disebut tidak mahal. Adapun penilaiannya ini berdasarkan hitungannya yang menggunakan price to book value atau PBV.
“PBV ini didapat dari harga saham dibandingkan dengan nilai buku per saham. Adapun nilai buku saham GoTo diperoleh dari total ekuitas dibagi jumlah saham tercatat. Berdasarkan prospektus, GoTo mencatat total ekuitas senilai Rp130 triliun dan jumlah saham 1,19 triliun saham sehingga nilai buku GoTo senilai Rp109. Dengan demikian PBV saham IPO GoTo berkisar 2,89x – 3,17x. Berdasarkan PBV tersebut, GoTo menurut kami tidak terlalu mahal dalam harga IPO-nya,” paparnya.
GoTo jaga valuasi saham
Sementara itu, menurut Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, GoTo diyakini bakal menjaga valuasi sahamnya. Terlebih lagi, kalau sudah jelas perusahaan menyatakan hendak melakukan dual listing.
Ia berpandangan, GoTo pasti bakal menjaga citra terhadap nilai sahamnya. Jika saham turun dan terus-menerus anjlok, hal itu akan menjadi sentimen negatif untuk penawaran internasional.
“Enggak pas-lah kalau ada rencana dual listing, tapi saham di sini drop. Orang sana kan bakal ngeliat, ‘Wah itu di dalam negeri aja drop gimana di luar?’. Jelas, perusahaan akan jaga performance-nya untuk dual listing,” tutur Reza.
Dalam pengamatannya, GoTo pun bakal menjalankan skema stabilisasi harga saham usai IPO dengan melakukan intervensi harga saham melalui skema greenshoe atau opsi penjatahan lebih.
Adapun pada prospektusnya, GoTo menetapkan sampai dengan sebanyak-banyaknya 15% dari jumlah saham yang ditawarkan pada saat IPO atau 7,8 miliar saham, yang akan diambil dari saham treasury untuk langkah stabilisasi harga saham. Saham ini diberikan kepada penjamin emisi PT CGS-CIMB Niaga Indonesia.
“Dia sudah ada greenshoe juga untuk stabilitas harga. Tinggal kami lihat, seperti apa efeknya,” tutup Reza.
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada