JAKARTA – Harga Bitcoin, kini tengah memacu adrenalin para investor kripto.
Volatilitasnya yang tinggi menjadi sebab utama yang mempengaruhi pasar kripto.
Ditambah dengan kondisi yang acapkali Bitcoin mengalami penurunan.
Terhitung sejak Maret 2024 lalu, Bitcoin terus belum mampu stabil.
Merujuk pada keterangan analis kripto terkenal Seth, Senin (19/8/2024), Bitcoin akan mengalami penurunan besar di masa mendatang.
Bitcoin Alami Koreksi
Saat ini aset paling berharga di dunia berupa kripto mengalami penurunan.
Angkanya penurunannya berada di posisi 6 persen.
Sehingga harga Bitcoin berada di angka US$66.364,69 (sekitar Rp1,04 miliar).
Jika mengacu pada pergerakan Bitcoin menunjukkan posisi ‘merah’.
Bitcoin belum berhasil kembali di posisi terbaik.
Menurut pengamat co-founder DACM, Richard Galvin, penurunan kripto disebabkan sejumlah faktor.
Diantaranya, adanya efek taruhan penurunan suku bunga The Fed yang mulai mengendur.
Kemudian, saat ini imbal hasil (yield) Treasury dan dolar telah menguat.
Dampaknya, industri aset digital terutama kripto sulit tumbuh dan berkembang.
Adanya pasar spekulatif menjadikannya satu faktor melemahnya kripto.
Richard menilai, kebijakan yang diambil pemimpin The Fed sangat berpengaruh pada semua aset kripto.
Investor Kripto Wajib Ketahui 7 Hal Ini
Untuk itu Seth mengingatkan para investor untuk mewaspadai 7 hal berikut:
-
Kesehatan Global
Pasar dunia akan sangat terpengaruh terutama jika merujuk pada keterangan yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baru-baru ini WHO dalam rilis resminya menyatakan keadaan kesehatan global terancam wabah Monkeypox.
Dampaknya, pasar dunia menjadi tidak stabil terutama berdampak buruk pada harga Bitcoin.
-
Inflasi dan Pengangguran
Saat inflasi meningkat dan pengangguran terus merangkak naik, maka otomatis akan membuat orang lebih berhati hati dan wanti-wanti terhadap uang mereka.
Dampaknya, investasi pada Bitcoin pasti terdampak.
-
Konflik di Dunia
Kondisi ekonomi dunia sangat dipengaruhi oleh kedamaian dan ketenangan negara di dunia.
Ukraina dan Timur Tengah yang saat ini tengah berkonflik turut memperburuk situasi ekonomi global.
Sebab, para investor pasti mewaspadai dampak buruk yang ditimbulkan dari konflik dari kedua negara tersebut.
-
Masalah Desentralisasi
Faktor ini sangat perlu diwaspadai para investor.
Saat ini sejumlah perusahaan besar secara terang-terangan memborong Bitcoin dalam jumlah yang besar, sehingga Bitcoin tak lagi sepenuhnya milik rakyat.
Tapi, sudah beralih menjadi milik konglomerat.
Seth menilai, pembelian bitcoin oleh perusahaan dalam jumlah besar akan berdampak pada minat investor anjlok.
-
Resesi Ekonomi
Menurut pengamatan Seth, ada tahun 2025 atau 2026 akan terjadi resesi ekonomi.
Dampaknya tentu sangat buruk bagi perkembangan Bitcoin kedepan.
Sebab, orang-orang terutama investor akan cenderung memilih menyimpan uang mereka di tempat aman dibanSeth memperkirakan resesi ekonomi akan dimulai pada tahun 2025 atau 2026.
Jika resesi terjadi, orang mungkin akan lebih memilih menyimpan uang mereka di tempat yang aman daripada membeli Bitcoin.
-
Penilaian Berlebih Pada Saham AI
Saham perusahaan AI menurut Seth yang ada pada NVIDIA saat ini terlalu tinggi.
Dampaknya, apabila harga saham-saham ini mengalami penurunan, Bitcoin juga akan terpengaruh.
-
Strategi Warren Buffet
Menurut Seth, Warren Buffet dikenal sebagai investor paling terkenal saat ini.
Warren diketahui memegang banyak uang tunai.
Terbaru, Warren ini diketahui telah menjual setengah sahamnya di Apple.
Jadi, saat ini Warren telah bersiap untuk melakukan penurunan besar di pasar.
Imbasnya tentu harga Bitcoin juga akan mengalami penurunan.