JAKARTA, duniafintech.com – Harga LPG nonsubsidi resmi naik pada Sabtu (25/12) lalu. Kenaikan yang terjadi bertepatan dengan Hari Natal itu menurut PT Pertamina (Persero) sebagai upaya menyikapi tren peningkatan harga pada contract price (Aramco) CPA LPG yang terus naik pada tahun ini.
Dikatakan Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading, Irto Ginting, untuk kenaikan harga LPG nonsubsidi porsi konsumsi nasionalnya 7,5% sekitar Rp1.600—Rp2.600 per kilogram.
“Perbedaan ini untuk mendukung penyeragaman harga LPG ke depan serta menciptakan fairness harga antardaerah,” ucapnya, dilangsir dari Detikcom, Senin (27/12).
Adapun contact center Pertamina di nomor 135 yang dihubungi menyebut bahwa untuk harga gas nonsubsidi wilayah Kabupaten Bogor dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ukuran 5,5 kilogram menjadi Rp76 ribu. Kemudian, ukuran 12 kg baik elpiji maupun bright gas menjadi Rp163 ribu.
Sebelum naik, harga has ukuran 5,5 kg dibanderol Rp65 ribu dan harga gas 12 kg baik elpiji maupun bright gas Rp139 ribu. Di sisi lain, untuk harga gas perdana ukuran 5,5 kg dibanderol Rp306 ribu dan 12 kg Rp513 ribu.
“Untuk penyesuaian harga (LPG nonsubsidi) memang tidak sama dengan daerah lainnya,” sebut contact center.
Harga pangan meroket
Menjadi masalah klasik yang terus berulang, harga sejumlah kebutuhan pokok saat ini mengalami lonjakan tajam ketika Natal dan Tahun Baru (Nataru). Akan tetapi, dari beberapa kebutuhan pokok, setidaknya ada tiga komoditas yang kenaikannya sangat tajam, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (27/12).
- Cabai
Harga cabai, utamanya cabai rawit, terus naik dalam beberapa hari belakangan. Adapun harga bahan baku sambal ini bahkan mencapai Rp125.000 per kg atau melampaui harga daging sapi.
Lantaran tingginya harga cabai rawit, beberapa pedagang di Jakarta bahkan membanderol harga cabai per biji sebesar Rp 1.000 untuk pembeli eceran.
Menurut data Informasi Pangan Jakarta, pada Sabtu (25/12) kemarin, harga cabai rawit merah mencapai Rp125.000 per kg. Saat ini, harga secara rata-rata cabai rawit merah di DKI Jakarta adalah Rp106.912 per kg.
Harga tertinggi itu terjadi di Pasar Tebet Barat, dengan lonjakan mencapai Rp15.000 ketimbang sehari sebelum Natal. Sementara itu, sebagian besar pasar mencatatkan kenaikan rata-rata Rp20.000.
- Telur ayam
Kenaikan harga yang tajam juga terjadi pada telur ayam ras. Pada hari biasa, harga telur ayam berkisar antara Rp22.000 hingga Rp25.000 setiap kilogramnya. Akan tetapi, sekarang ini harganya di Jabodetabek berkisar antara Rp31.000 sampai dengan Rp35.000 per kilogramnya. Di sejumlah pasar, bahkan harganya sampai Rp40.000 per kg.
Adapun lonjakan harga telur ayam ini terjadi lantaran pasokan dari peternak yang menipis. Sebagaimana jamak diwartakan, banyak peternak yang terpaksa berhenti, bahkan gulung tikar, usai beberapa waktu lalu mengalami kerugian akibat harga telur yang anjlok dan di sisi lain harga pakan melonjak.
- Minyak goreng
Dalam beberapa waktu terakhir, harga minyak goreng pun melonjak. Masyarakat pun mengeluhkan naiknya harga salah kebutuhan pokok ini.
Bahkan, kenaikan ini tidak hanya terjadi pada minyak goreng kemasan, tetapi juga terjadi pada minyak goreng curah yang biasa dijual dalam kemasan plastik bening di pasaran.
Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kemneterian Perdagangan sejatinya telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp11.000 liter. Akan tetapi, dalam kenyataannya, harga minyak goreng sudah jauh melebihi HET.
Di sejumlah pasar, harga minyak goreng sudah berada di atas Rp18.000 per liter. Bahkan, menurut pedagang, kenaikan harga minyak goreng bisa dikatakan terjadi setiap sepekan sekali, setidaknya di wilayah DKI Jakarta. Bukan hanya minyak goreng kemasan, hal yang sama pun berlaku untuk minyak goreng curah.
Saat ini, harga minyak goreng di Pasar Palmerah dibanderol Rp20 ribu per kilogram atau naik dari harga sebelumnya Rp15 ribu per kilogram. Di sisi lain, harga minyak goreng kemasan naik Rp3 ribu rupiah menjadi Rp20 ribu per liter.
Premium dihapus, Pertalite menyusul
Pada tahun depan, BBM Premium akan dihapus oleh pemerintah. Setelah Premium, Pertalite pun akan menyusul. Ke depannya, pemerintah hanya akan menyediakan BBM jenis Pertamax dan BBM dengan RON di atas 92 di SPBU.
Tujuan pemerintah terkait kebijakan ini adalah untuk mendorong masyarakat untuk menggunakan BBM dengan kualitas yang lebih baik. Sebelum rencana dihapus muncul, Premium beberapa kali sempat mengalami kenaikan harga dalam kurun waktu 2014—2016.
Untuk diketahui, Premium hanya memiliki bilangan oktan 88 dan menjadi BBM dengan kualitas paling rendah yang beredar di pasaran Indonesia. Sementara itu, bilangan oktan Pertalite berada di angka 90 dan Pertamax di angka 92. Di sisi lain, BBM dunia saat ini harus kompak menggunakan standar Euro 4 atau bilangan oktan 91.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra