JAKARTA, dunifintech.com – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax harus dinaikkan untuk menjamin kesehatan keuangan perusahaan. Hal itu mengindikasikan bahwa Pertamina bakal merugi jika tidak segera menaikkan harga BBM jenis yang satu ini.
Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati. Menurutnya, Pertamax sendiri bukanlah bahan bakar yang dijual secara komersial dan hanya bagi mereka yang mampu.
“Karena Pertamax itu bukan untuk masyarakat miskin. Porsinya hanya 20 persen dari penjualan BBM,” ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, dikutip dari Katadata.co.id, Rabu (30/3/2022).
Disampaikan Nicke, jenis BBM non-subsidi yang mengikuti harga pasar terdiri dari Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Pangsa pasar tiga BBM ini pun sangat kecil.
“Hari ini BBM Pertamax belum mengikuti mekanisme pasar, jadi dukungan kepada (kenaikan harga) itu perlu,” tutur Nicke.
Di lain sisi, menurut Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, BBM jenis Pertamax sudah selayaknya dinaikkan sejak tahun 2021 lalu. Idealnya, kata Mamit, Pertamax sekarang ini dijual pada harga Rp12.000 per liter. Di samping itu, dirinya pun yakin bahwa kenaikan harga Pertamax tidak bakal berdampak banyak terhadap inflasi.
“Pertamax sendiri penggunanya itu segmented ya. Jadi, saya kira, dampak dari penyesuaian ini tidak akan terlalu besar,” ujarnya.
Ia pun menyebut bahwa penyesuaian harga yang dilakukan oleh Pertamina bakal tetap menghitung daya beli masyarakat.
“Pertamina biasanya akan menggunakan promo-promo di aplikasi My Pertamina sehingga bisa lebih murah dibandingkan SPBU swasta lainnya,” jelas Mamit.
Adapun sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan bahwa harga keekonomian BBM RON 92 mencapai Rp16.000 per liter. Angka itu diketahui lebih tinggi ketimbang harga keekonomian BBM RON 92 pada Maret lalu, yang sebesar Rp14.526 per liter.
Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, angka ini sudah mempertimbangkan asumsi harga minyak pada Maret yang jauh lebih tinggi ketimbang Februari.
Hal itu membuat batas atas harga BBM RON 92 bulan April bakal lebih tinggi dari Rp14.526 per liter. Adapun pihak ESDM sekarang ini masih mencermati harga minyak mentah dunia.
“Bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter karena kalau berkepanjangan, memang bebannya berat juga baik ke APBN, Pertamina, dan sektor lainnya,” sebutnya, belum lama ini.
Konflik Ukraina dan Rusia, sambungnya, masih menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga. Diketahui, pasokan minyak mentah dari Rusia dan Kazakhstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium. Di samping itu, tingginya harga minyak dunia pun berimbas terhadap tingginya harga minyak mentah Indonesia ICP.
“Sejak akhir tahun 2021, ICP memang merangkak naik dan makin meningkat sejak akhir Februari, saat konflik Ukraina dan Rusia,” tutur Agung.
Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama
Admin: Panji A Syuhada