Site icon Dunia Fintech

Hati-hati! Inilah Ciri-ciri Robot Trading yang Masuk Kategori Penipuan

Robot Trading

JAKARTA, duniafintech.com – Masyarakat dalam beberapa waktu belakangan dihebohkan dengan penangkapan sejumlah tersangka, termasuk figur publik, terkait penipuan berkedok robot trading.

Adapun penipuan ini menggunakan skema Ponzi atau penipuan yang memanfaatkan Multi Level Marketing (MLM). Dalam hal ini, robot trading menjanjikan keuntungan yang pasti kepada anggotanya dan beberapa pengelolanya menjalankan aktivitas ini secara diam-diam. 

Terkait itu, ada yang mengaku hanya menjual program robot, tetapi dalam prakteknya, pelaku mengelola transaksi dan sangat aktif merekrut anggota baru dengan metode MLM untuk menyetorkan dana ke sistem, bahkan menjanjikan keuntungan tetap setiap bulan.

Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan bahwa pada dasarnya robot trading merupakan piranti lunak yang melakukan otomasi dalam aktivitas jual beli valas dan banyak diperjualbelikan secara terbuka dan legal.

“Namun, yang menjadi masalah adalah robot trading yang dipermasalahkan ini berani memberikan jaminan keuntungan tetap setiap bulan,” ucapnya dalam keterangan resmi, dikutip dari Bisnis.com, Minggu (6/3/2022).

Ditegaskan Alfons, trader profesional yang berpengalaman pun tidak ada yang berani melakukannya dan diduga kuat menggunakan skema Ponzi untuk menarik anggotanya. Adapun aktivitas Ponzi ini tidak bakal berhenti secara masif dan efektif merekrut banyak korban hingga suatu titik tidak ada lagi anggota baru yang masuk dan mengalami gagal bayar.

Supaya Anda tidak menjadi korban selanjutnya, inilah beberapa indikasi atau ciri-ciri robot trading berpotensi fraud atau yang masuk kategori penipuan.

  1. Trading hanya boleh dilakukan pada broker tertentu saja dan bukan broker yang terpercaya

Dalam hal ini, peserta tidak bisa memilih broker dan hanya dapat bertransaksi dengan broker yang telah ditentukan oleh penyelenggara secara sedemikian rupa dengan ketentuan khusus. 

Analisis yang dilakukan oleh beberapa trader yang berpengalaman menunjukkan bahwa tujuan menggunakan broker tertentu ini lantaran dimungkinkan untuk memanipulasi chart trading fiktif yang sudah diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan janji bagi hasil yang diberikan.

Saat trading fiktif itu dibandingkan dengan kondisi market yang sebenarnya, terjadi manipulasi pada waktu chart untuk mencocokkan kondisi harga market dengan bagi hasil dalam rangka meyakinkan korbannya yang kurang teliti mengecek atau sama sekali tidak mengerti dan merasa aman asalkan terima pembagian keuntungan yang dijanjikan.

  1. Spread rate jual beli valas yang sangat jauh

Saat membuka akun dan menyetorkan uang dalam dolar AS, Anda pun tidak diperkenankan melakukan telegraphic transfer (TT) dolar ke dolar. Namun, Anda harus membeli dolar dari penyelenggara trading dengan harga yang 5—10 persen lebih mahal ketimbang harga wajar.

Sebaliknya, saat melakukan penarikan, Anda tidak dapat melakukan TT ke rekening dolar AS dan diharuskan menjual dolar Anda dengan harga yang lebih murah. Logisnya, tujuan spread jual beli yang sangat tinggi ini secara tidak langsung memberikan keuntungan instan kepada penyelenggara trading.

Hal itu karena setiap kali ada member baru masuk maka penyelenggara sudah mengantongi keuntungan 5—10 persen dan hal ini secara tidak langsung menjelaskan mengapa skema yang diduga ponzi ini dapat berumur panjang.

  1. Robot Trading yang ditawarkan tidak ada

Ciri-ciri berikutnya adalah wujud robot trading, algoritma, dan cara kerjanya tidak diikuti dengan penjelasan lengkap sehingga tidak ada informasi kelemahan dari robot trading tersebut dan tidak dapat dijalankan di broker forex lainnya.

Kemudian, soal skema Ponzi, Alfons menerangkan bahwa secara teori, kalau peserta skema Ponzi masuk pada saat awal dan keluar sebelum gelembung Ponzi meletus maka peserta Ponzi dapat memperoleh keuntungan dan tidak menjadi korban saat terjadi gagal bayar.

“Tetapi, namanya manusia, sifat dasarnya serakah dan malas. Jadi, kalau ada kesempatan mendapatkan keuntungan besar tanpa perlu kerja keras, tentunya akan membuatnya terlena dan menumpulkan logikanya,” tuturnya.

Lebih jauh, sekali memperoleh keuntungan beberapa kali, logika dan kewaspadaan manusia bakal berkurang dan mempercayai skema Ponzi ini sebagai kebenaran. Adapun mayoritas orang kalau menghadapi skema Ponzi, bukannya keluar saat sudah untung, melainkan menambahkan jumlah uang ke dalam skema Ponzi ini atau justru mengajak saudara dan teman-temannya untuk bergabung dalam skema dimaksud.

 

 

Penulis: Kntributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version