Hypefast mengumumkan posisinya sebagai house of e-commerce native brands terbesar di Asia Tenggara, setelah l memiliki lebih dari 25 brand dan berhasil mencapai profitabilitas penuh.
Founder dan CEO Hypefast, Achmad Alkatiri menjelaskan, Hypefast bermitra dengan brand lokal berbasis e-commerce dan mendorong pertumbuhan brand-brand tersebut dengan menyediakan suntikan dana kapital, serta tim ritel yang ahli di bidangnya.
“Serta ekosistem dan infrastruktur ritel yang tersentralisasi,” katanya dalam keterangannya, Rabu (10/11).
Membantu Peningkatan Pendapatan Brand Lokal
Dia mengatakan, meskipun beroperasi dengan cara mengakuisisi brand, Hypefast tetap mempertahankan pendiri-pendiri brand dalam jajaran manajemen guna mempertahankan relevansi yang kuat dengan pasar lokal.
Salah satu akuisisi brand yang terbaru dalam portofolio Hypefast adalah brand bayi dan anak dari Indonesia yang pendapatannya tumbuh dari US$3 juta, menjadi US$8 juta dalam waktu enam bulan terakhir.
Hanya saja, dia tidak menyebutkan brand bayi dan anak mana yang telah diakuisisi oleh Hypefast dan mengalami peningkatan pendapatan tersebut.
Hypefast Lahir Dengan Misi Menyelesaikan Kendala Brand Lokal
Diluncurkan pada Januari 2020, Hypefast adalah pionir yang mengembangkan model bisnis house of brands bagi brand e-commerce di Asia Tenggara.
Ide awal untuk merintis usaha ini berasal dari pengalaman tim pendiri perusahaan dengan brand-brand e-commerce lokal, serta pemahaman mendalam atas berbagai kendala yang dihadapi sejumlah brand tersebut.
Menurut mantan CMO Lazada Indonesia ini, tidak ada alasan bagi brand-brand di Asia Tenggara untuk tidak bisa berkembang menjadi brand yang memiliki EBITDA bernilai jutaan dolar AS.
Menurutnya, brand-brand ini telah memperoleh akses terhadap manufaktur yang sangat efisien dan pasar yang luas dengan tingkat penetrasi e-commerce yang cukup tinggi.
“Selain itu, pendiri-pendiri brand lokal juga mampu memahami kebutuhan dan selera konsumen lokal, bahkan jauh lebih baik ketimbang kompetitor internasional, baik dalam hal mode, ukuran, standar, estetika, dan tingkat harga,” ujarnya.
Bercita-cita Tumbuh Bersama dengan Pendiri Brand Lokal
Alkatiri menuturkan, cita-citanya saat membangun pertama kali adalah ingin membantu brand lokal mengatasi kesulitan-kesulitannya, seperti dalam mendapatkan SDM yang tepat, permodalan, peningkatan skala bisnis, dan efisiensi operasional.
Semua kendala tersebut ditampungnya selama enam tahun bergelut dengan para pendiri brand lokal. Karena itu, melalui Hypefast dia ingin membangun satu ekosistem brand berbasis e-commerce bersama-sama dengan pendiri brand lokal tersebut.
“Hypefast bertekad mengembangkan ekosistem brand berbasis e-commerce di Asia Tenggara bersama semua pendiri brand lokal yang luar biasa,” tuturnya.
Mengutamakan Kualitas
Tidak seperti strategi akuisisi cepat dalam jumlah banyak yang dijalankan aggregator brand di pasar-pasar lain, mereka sangat mengutamakan kualitas dibandingkan kuantitas.
Perusahaan bekerja keras pada tahap pascaakuisisi, serta menggerakkan pertumbuhan melalui tim ritel terpadu, teknologi, proses efisien, analisis pasar, skala ekonomi, dan optimasi operasional back-end secara terpusat.
Dia menjelaskan, hingga kini Hypefast telah memperoleh $22 juta equity capital serta tambahan debt capital dengan jumlah yang tidak disebutkan dari kalangan investor terkemuka di Asia Tenggara dan dunia.
Permodalan ini semakin mewujudkan visi Hypefast. Investor-investor yang kini mendukung di antaranya Monk’s Hill Ventures, Jungle Ventures, dan Strive.
“Hypefast merupakan pelaku eCommerce 2.0 terdepan di Asia Tenggara, beralih menuju pola belanja yang berorientasi pada brand dan penjual,” kata Pendiri dan Managing Partner, Monk’s Hill Ventures, Kuo-Yi Lim.
Lim pun mengungkapkan, konsumen digital di Asia Tenggara kini semakin berwawasan luas. Mereka mencermati profil pihak penjual dan siapa saja yang membeli produknya. Karena itu, Hypefast menurutnya memiliki tempat yang pas.
“Hypefast mengembangkan platform digital unggulan yang mendukung pemilik brand dan pebisnis baru di Asia Tenggara untuk mengembangkan bisnis secara pesat,” ujarnya.
Hypefast Digadang akan Tumbuh Pesat
Sementara itu, Principal Jungle Ventures Yash Sankrityayan, mengatakan, pihaknya sangat senang dapat berinvestasi pada Hypefast selama beberapa kali sejak memimpin pendanaan tahap awal pada permulaan 2020.
Harapannya bertambah besar, sebab mereka didukung tim pendiri perusahaan yang berorientasi pada misi, dan sangat mengutamakan portofolio brand dalam jumlah banyak.
“Hypefast berkolaborasi dengan banyak pendiri brand lokal yang luar biasa dan kreatif. Berkat target yang konsisten ini, kami optimis bahwa tim manajemen mampu berkolaborasi dengan cepat, hingga kini memiliki lebih dari 25 brand,” tuturnya.
Saat ini Hypefast memiliki lebih dari 200 pekerja di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tim ini menggerakkan pertumbuhan brand pada berbagai kanal dan pasar.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra