Site icon Dunia Fintech

iCIO Exchange 2019, BGR Logistics Usulkan Konsep Ini

icio exchange picture

duniafintech.com – iCIO Community hari ini menyelenggarakan acara iCIO Exchange, program sharing best practice pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) antar anggota komunitas para Chief Information Officer (CIO) dan EKsekutif dibidang TIK ini.

Pada penyelenggaraan iCIO Exchange kali ini bertempat di PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) atau BGR Logistics, Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada iCIO Exchange tersebut BGR Logistics mengusulkan konsep National Warehouse Data Commodity,yang ditujukan untuk membantu pemerintah mendapatkan data komoditas yang akurat dan kredibel. Acara bertajuk Digital Logistics Company, bertempat di Training Center BGR Logistics, sebagai rangkaian HUT BGR Logistics ke-42

Dalam acara iCIO Exchange tersebut, menghadirkan tiga pembicara yakni Direktur Utama BGR Logistics, M. Kuncoro Wibowo, Deputi Bidang Proses Bisnis Indonesia National Single Window Kementerian Keuangan, Hari S. Noegroho, serta Direktur Operasi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), Prasetyadi.

Direktur Utama BGR Logistics, M. Kuncoro Wibowo, menyampaikan bahwa dalam menghadapi era industry 4.0 yang terjadi pada saat ini, perusahaan logistik sudah seharusnya melakukan transformasi. Hal tersebut untuk menjawab kebutuhan pelanggan/ principal yang menginginkan informasi yang cepat dan akurat untuk memonitor pergerakan barang yang dimiliki.

Baca juga : Perkembangan Bitcoin dan Blockchain di Swaziland

Sebagai BUMN, dengan infrastruktur IT yang dimiliki, BGR Logistics berencana menyediakan National Warehouse Commodity untuk keperluan yang lebih luas dan tidak terbatas pada pergudangan. Dimana dengan konsep tersebut, diharapkan BGR Logistics dapat membantu pemerintah dalam mendapatkan data komoditas strategis yang akurat sekaligus mengelola gudang untuk komoditas tersebut. “Dengan National Warehouse Data Commodity ini akan banyak memberikan manfaat kepada pemerintah dan pengguna jasa untuk mengeluarkan kebijakan berdasarkan data yang dikeluarkan dari sistem tersebut,” terang Kuncoro.

Kuncoro mengungkapkan bahwa saat ini BGR telah Logistics telah membangun Warehouse Integrated Application (WINA) dan Fleet Integrated and Order Monitoring Application (FIONA).

“Aplikasi yang kami bangun bertujuan untuk membantu kebutuhan logistik pelanggan, dan siap dikembangkan menjadi National Warehouse Data Commodity,” terang Kuncoro.

Selain itu, Kuncoro menambahkan bahwa dengan aplikasi yang dibangun oleh BGR Logistics tersebut, dapat memantau pergerakan barang milik principal/ pelanggan dan diawasi oleh kantor pusat melalui Command Center yang dimiliki BGR Logistics. “Semua pergerakan barang di gudang ataupun saat berada dalam proses distribusi termonitor oleh kami,” tambahnya.

Aplikasi logistik WINA dan FIONA yang dimiliki BGRLogistics, dijelaskan Kuncoro dapat diintegrasikan juga dengan aplikasi di pelabuhan milik Pelindo II ataupun otoritas pelabuhan, untuk mendukung sistem logistik nasional. Pergerakan barang, sejak masuk ke pelabuhan, hingga terdistribusi ke gudang-gudang ataupun kepada end user akan termonitor. Dengan adanya sistem ini, para principal nantinya dapat fokus terhadap pengembangan bisnisnya masing-masing.

Sementara itu, Chairman iCIO Community, Rico Usthavia Frans menjelaskan mahalnya ongkos logistik di Indonesia menjadi salah satu faktor rendahnya daya saing produk-produk Indonesia di pasar global.

Lebih lanjut, Rico menekankan pentingnya kesamaan visi dan langkah diantara para CIO untuk mendorong agar terbentuk industri logistik Indonesia yang cakap dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunkasi (TIK) yang merupakan salah satu faktor penting untuk memangkas ongkos logistik di Indonesia.

“Komitmen BGR Logistics melakukan transformasi melalui peningkatan pemanfaatan TIK dan menjadi perusahaan logistik berbasis digital akan menjadi tolok ukur pemanfaatan TIK, tidak saja dibidang logistik tapi bisa ditularkan ke seluruh rantai pasok/supply chain. Dalam lingkup yang lebih luas, pemanfaatan TIK di berbagai bidang perlu menjadi menjadi agenda nasional untuk menjaga dan meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia di era digital,” imbuh Rico Usthavia Frans.

Berdasarkan data penilaian 2 tahunan dari Logistic Performance Index (LPI) terhadap enam indikator, yakni LPI efisiensi proses di kepabeanan, kualitas infrastruktur, biaya pengiriman yang kompetitif, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemampuan melacak dan menelusuri dan waktu tempuh, Indonesia menempati posisi 46 di tahun 2018.

Meskipun meningkat signifikan dari posisi 63 di 2016, namun kinerja logistik Indonesia masih kalah disbanding Singapura yang ada di peringkat 7, Thailand 32, Vietnam 39, dan Malaysia di peringkat 41

Exit mobile version