JAKARTA, 18 Oktober 2024 – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau.
Penguatan IHSG menjadi yang terbaik di Asia dan juga ASEAN, di tengah pelemahan Bursa Saham lain yang terjadi.
IHSG menutup hari di 7.735,03 pada penutupan perdagangan atau menguat 1,13% dan 86,09 poin dibandingkan hari sebelumnya.
Posisi tertinggi IHSG hari ini ada di 7.758,67 sedangkan terendah sempat di 7.657,72. Volume perdagangan tercatat melibatkan 27,26 miliar saham.
Dengan nilai perdagangan Rp11,88 triliun dan mencapai 1,34 juta kali diperjualbelikan.
Saham Alami Kenaikan Luar Biasa
Pantauan tim DuniaFintech hari ini tampak sejumlah saham tercatat mengalami kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers.
Di antaranya adalah PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) yang melonjak 34,8%, PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) dan PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) melesat 34,6 dan 33,7% serta PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) juga menguat 24,8%.
Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Fimperkasa Utama Tbk (FIMP) yang anjlok 9,26%, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) jatuh 9,09%, dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) ambruk 7,46%.
IHSG menjadi sedikit dari sekian Bursa Asia yang menghijau sepanjang hari, bersama Straits Times (Singapura), SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), dan TW Weighted Index (Taiwan), yang menguat masing-masing 0,96%, 0,67%, 0,54%, dan 0,19%.
IHSG Berhasil Catat Kenaikan Nomor Satu
Dengan demikian, IHSG berhasil mencatat kenaikan tertinggi nomor satu dan teratas di Asia juga ASEAN.
Adapun IHSG menyusul gerak positif yang terjadi di New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street kompak berakhir di zona penguatan.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menetap di zona hijau dengan kenaikan 0,79% dan juga S&P 500 yang menguat 0,47%. Senada, Nasdaq Composite berhasil menguat lebih tinggi mencapai 0,28%.
Bursa Saham Asia di Zona Merah
Bursa Saham Asia lainnya parkir di zona lautan merah, i.a CSI 300 (China), Shanghai Composite (China), Hang Seng (Hong Kong), Nikkei 225 (Tokyo), SENSEX (India), Shenzhen Comp. (China), PSEI (Filipina), Topix (Jepang), dan Kospi (Korea Selatan), terpangkas masing-masing 1,13%, 1,05%, 1,02%, 0,69%, 0,58%, 0,56%, 0,49%, 0,11%, dan 0,04%.
Salah satu sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini adalah datang dari kabar terbaru perihal stimulus China, dari Menteri Perumahan China.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, China akan melipatgandakan kuota pinjamannya untuk proyek-proyek properti yang masuk dalam ‘Daftar Putih’ yang nilainya mencapai 4 triliun yuan (Rp8.720 triliun).
Pemerintah Naikkan Kuota Kredit
Pemerintah akan meningkatkan kuota kreditnya dari 2,23 triliun yuan yang telah disalurkan pada 16 Oktober sebelumnya, sebagai bagian dari paket kebijakan yang diumumkan Menteri Perumahan Ni Hong, China.
Langkah-langkah tersebut sejatinya gagal memenuhi ekspektasi pasar.
“Para pembuat kebijakan mengambil sikap yang lebih pragmatis terhadap sektor properti,” kata Bruce Pang, Ekonom Greater China di Jones Lang LaSalle Inc.
Ni Hong mengatakan pasar perumahan China mulai menemukan titik terendahnya dan Pemerintah yakin dapat menghentikan kelesuan di pasar real estat.
China juga mempertimbangkan akan mengizinkan Bank untuk menerbitkan pinjaman guna membeli tanah kosong untuk properti, dan meningkatkan bantuan perumahan yang terjangkau bagi keluarga dengan dua anak atau lebih.
Pengumuman hari ini menyusul berbagai kebijakan Pemerintah sebelumnya untuk membantu ekonomi terbesar kedua di dunia ini mencapai target pertumbuhan di angka 5% tahun ini.
Pada September kemarin, China meluncurkan paket stimulus untuk menopang pasar properti yang lesu, termasuk di dalamnya memangkas biaya pinjaman hingga US$5,3 triliun dalam bentuk kredit perumahan dan melonggarkan aturan pembelian rumah kedua.
“Beijing sedang mengalami kemajuan dalam merestrukturisasi utang dan menghidupkan kembali kepercayaan swasta, reflasi dan penyeimbangan kembali dengan stimulus konsumsi diperkirakan akan berjalan lambat dan tidak mulus,” mengutip catatan Ekonom Morgan Stanley, Robin Xing.
Agenda penting berikutnya adalah pertemuan badan legislatif tertinggi China—Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional—di penghujung bulan ini atau awal November karena Anggaran Fiskal Tambahan atau kuota Obligasi akan memerlukan persetujuan mereka.