JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan buka suara terkait anggapan bahwa Indonesia telah terperangkap jebakan utang dari China.
Dilansir dari CNBC, hal ini dilontarkan Luhut saat mengisi Seminar Nasional Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) yang disiarkan virtual melalui Youtube, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Luhut Punya Strategi Jitu Guna Mengurai Polemik Harga Minyak Goreng
Dalam kesempatan itu, Luhut dengan tegas menyatakan bahwa Indonesia tidak terperangkap jebakan utang dari China. Ia mengatakan seluruh uang yang didapatkan dari pinjaman China merupakan utang yang produktif. Selain itu, tidak ada hidden debt yang dimiliki RI terhadap Beijing.
“Itu adalah utang produktif. Ada yang bilang hidden debt. Itu yang bilang hidden debt saya text, kau datang kemari tunjukin hidden debt-nya di mana. Wong saya yang menangani kok,” ujar menteri yang berlatar belakang tentara itu.
Luhut juga menepis terkait membengkaknya biaya pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung adalah salah satu jebakan yang disiapkan Beijing. Ia mengatakan masalah pembengkakan biaya sudah diselesaikan dan saat ini proyek itu tetap dilanjutkan.
“Tertunda berapa bulan pembangunnya kereta api cepat Jakarta Bandung, itu akan dimulai dan make test bulan November tahun ini,” terangnya.
China sendiri merupakan salah satu negara yang cukup sering mengalirkan uang ke Indonesia. Bahkan pada Maret lalu, terjadi lonjakan utang dari kreditur China sebesar US$ 22,01 miliar.
Sementara itu, masifnya pemberian dana pinjaman dari Beijing ini dilakukan setelah Negeri Tirai Bambu meluncurkan proyek Belt and Road yang bertujuan untuk membantu negara berkembang menciptakan infrastruktur untuk pembangunan ekonominya.
Namun skema pinjaman atau utang dari China itu dinilai penuh jebakan dan menghasilkan beberapa proyek yang kurang berhasil. Salah satunya adalah Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka, di mana akhirnya China mengambil alih pengelolaan pelabuhan itu.
Baca juga: IKN Tarik Minat Investor, Luhut: UEA & Arab Saudi Investasi Rp293 Triliun