Site icon Dunia Fintech

Industri Food Delivery Diramal Tumbuh 7% Tahun 2022

industri food delivery

JAKARTA, duniafintech.com – Industri pesan antar makanan atau food delivery mendapatkan momentum pertumbuhannya sejak merebaknya pandemi Covid-19. Terbatasnya aktivitas orang di luar rumah membuat bisnis jasa antar makanan tumbuh signifikan.

Hanya saja menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef) pertumbuhan industri pesan antar makanan tahun 2022 tidak akan sebesar tahun lalu yang mencapai 30%.

Ekonom Indef Nailul Huda memperkirakan, industri ini hanya akan tumbuh kisara 5% hingga 7% pada tahun 2022. Alasannya, peralihan perdagangan dari offline ke online telah berlangsung signifikan dalam dua tahun terakhir, sehingga pertumbuhan di tahun ini tidak akan sebesar tahun sebelumnya.

Selain itu, dia juga memperkirakan tingginya jumlah vaksinasi dan adaptasi protokol kesehatan mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Sebab, sekarang pemerintah telah mengizinkan untuk makan di tempat atau dine in. 

Dengan kata lain, orang-orang cenderung makan makan di restoran dibandingkan harus melalui aplikasi food delivery.

“Saya memperkirakan pertumbuhannya akan mendekati yang tahun kemarin atau sekitar 30%. Kalau tidak ya naik tapi tak terlalu jauh antara 5% atau 7% peningkatan di tahun ini di food delivery-nya,” katanya dalam video conference, Jumat (4/2). 

Menurut dia, peningkatan industri tersebut masih akan tekonsentrasi pada kota-kota besar dan daerah penyangga seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Semarang. 

Hal ini mengingat kota-kota besar secara infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) serta pangsa pasarnya sangat besar. Sedangkan di wilayah lain, khususnya wilayah timur Indonesia pertumbuhannya masih terbatas.

Tak hanya itu, Huda pun memperkirakan bakal ada pemain baru dalam industri food delivery. Kendati demikian, pemain tersebut bukanlah perusahaan baru yang organik. Melainkan, perusahaan yang telah ada dengan modal yang cukup besar untuk melakukan ekspansi.

“Saya rasa ada baru di tahun 2022, tapi lebih ke lebih kepada bukan pemain baru. Namun, perusahaan besar yang dia mempunyai ekosistem bagus dan bisa menyediakan pelayanan makanan. Jadi bukan pemain baru yang benar-benar baru tapi,” ujarnya.

Adapun perusahaan riset asal Singapura, Momentum Works mencatat sepanjang tahun 2021 industri pesan-antar makanan atau food delivery di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tumbuh 30% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/yoy). 

Perusahan ini pun memperkirakan nilai transaksinya mencapai US$ 15,5 miliar atau setara Rp 223,7 triliun (kurs Rp 14.433 pers US$).

Chief Executive Officer (CEO) Momentum Works Jianggan Li mengatakan, nilai tersebut merupakan gross merchandise value (GMV) atau nilai total barang dagangan yang dilakukan oleh beberapa pemain seperti Grab, Foodpanda, GoJek, Deliveroo, LINEMAN, Baemin, ShopeeFood, RobinHood, dan Makanan AirAsia. Nilai tersebut termasuk semua pesanan dilakukan, termasuk gagal, dibatalkan, dan pesanan yang dikembalikan.

“Industri food delivery di ASEAN terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dimulai dari tahun 2018 ke tahun 2019 meningkat sebesar 91%, lalu tahun 2019 ke 2020 naik tajam sebesar 183% dan tahun 2020 ke 2021 naik sedikit sebesar 30%,” katanya.

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version