duniafintech.com – Soal perkembangan teknologi finansial, Inggris merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Dalam acara Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 yang digelar di Jakarta Convention Center beberapa waktu yang lalu, Inggris menunjukkan ketertarikannya pada pasar fintech tanah air.
Hal ini ditunjukan dengan kesepakatan untuk mengkaji secara lebih dalam mengenai potensi perdagangan yang bisa dilakukan bersama oleh kedua negara. Salah satu sektor yang dianggap sedang berkembang pesat di tanah air adalah industri teknologi finansial.
Kajian ini ditandai dengan penandatanganan oleh perwakilan kedua negara Kerangka Acuan (Term of Reference/TOR) dan Kajian Perdagangan. Indonesia diwakili oleh Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Imam Pambagyo. Sementara pemerintahan Inggris diwakilil oleh Komisioner Dagang Inggris untuk Asia Pasifik, Natalie Black.
Baca juga:
- Fintech Lending Ajarkan Pola Perilaku Konsumtif? Simak Penjelasannya
- The Best Peer to Peer Lending Diraih Easycash di Ajang IMA
- Platform AI, Project Crowd akan Tawarkan Token di WeOwn
Inggris Telah Lama Melakukan Pengamatan Terhadap Potensi Fintech Indonesia
Menurut Black, Inggris telah lama memantau perkembangan e-commerce di tanah air yang menjadi salah satu faktor majunya teknologi finansial. Saat ini Indonesia telah memiliki unicorn yang memiliki potensi sangat menjanjikan.
Inggris sendiri terkenal mumpuni soal kemampuannya di bidang teknologi keuangan dibanding negara-negara lain di Benua Eropa. Industri fintech di negara tersebut juga lebih besar sehingga sering dianggap sebagai pemimpin di sektor ini.
Lewat adanya penandatanganan kerja sama ini, Black berharap hubungan kerja sama antara kedua negara bisa lebih terarah dan dipetakan dengan baik. Tentu saja dengan mempertimbangkan visi pemerintah Inggris yang ingin diwujudkan.
Black juga menegaskan bahwa kerja sama ini bukanlah untuk mencari pendanaan, melainkan fokus untuk mewujudkan kemitraan dagang yang solid antara kedua negara. Namun sekali lagi, Black tidak membatasinya hanya di bidang perdagangan dan investasi saja.
Hubungan dagang antar kedua negara juga sudah cukup baik dengan total $2,7 miliar pada tahun 2018. Nilai ini mencakup ekspor Indonesia sebesar $1,5 miliar dan impor sebesar $1,2 miliar. Dari perdagangan ini, Indonesia mendapatkan keuntungan sebesar $3 juta.
Penandatanganan kerja sama ini sekaligus membawa angin segar bagi para pengusaha fintech tanah air. Selain membuka kesempatan lebih luas, kehadiran Inggris diharapkan dapat menyumbang ide-ide baru untuk kemajuan sektor teknologi keuangan di tanah air.
-Dita Safitri-