JAKARTA, duniafintech.com – Ekonomi digital Indonesia terus tumbuh meski diterpa badai pandemi Covid-19. Hal ini didorong oleh perubahan perilaku masyarakat selama pandemi yang mendorong percepatan akselerasi digital.
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi digital ini salah satunya didorong oleh kebiasaan masyarakat dalam berbelanja secara daring.
Hal itu tercermin dari pertumbuhan transaksi elektronik yang meningkat sebesar 43,6% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp24,8 triliun pada 2021, menurut catatan Bank Indonesia (BI)
“Pertumbuhan transaksi, nilai transaksi elektronik mengingat 43,6% yoy menjadi Rp24,8 triliun,” katanya dalam Rakernas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) 2022, Kamis (10/3).
Tak hanya dari sisi belanja, penetrasi digital juga telah mengubah lanskap industri keuangan nasional. Bank-bank konvensional mulai bertransformasi atau membentuk entitas digitalnya.
Bahkan, tak sedikit pula bank-bank kecil seperti bank perkreditan rakyat (BPR) yang kemudian disulap oleh perusahaan financial technology (fintech) atau perusahaan digital lainnya menjadi bank digital.
Hal ini pun, sambung Bambang, mendorong pertumbuhan transaksi di bank digital ini terus tumbuh. Berdasarkan data BI, pada 2021 transaksi perbankan digital meningkat sebanyak 39,39% (yoy) menjadi Rp17.910 triliun.
“Ini artinya ekonomi digital Indonesia terus tumbuh meskipun Diterpa pandemi Covid-19. Tak hanya itu, potensinya p7n kian besar ke depan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN ini pun menuturkan bahwa industri fintech nasional juga terus mengalami akselerasi sejak pandemi.
Hal ini terdorong oleh investasi global yang masuk ke pasar Fintech. Berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Cambridge Center For Alternative Finance, 2020, nilai investasi global yang mengalir ke industri fintech telah tumbuh dua kali lipat dari sebelum pandemi, yaitu menjadi US$1,3 miliar.
Hal ini pula yang membuat berbagai perusahaan fintech tetap dapat melakukan peluncuran produk, layanan, dan pengembang produk baru di tengah situasi sulit akibat pandemi.
“12 dari 13 fintech bertumbuh pesat selama pandemi. 60% meluncurkan produk, layanan, atau mengembangkan produk baru. Suntikan investasi global terhadap fintech meningkat 2x lipat menjadi US$1,3 miliar selama pandemi,” ucapnya.
Mendorong UMKM yang Inklusif
Oleh karena itu, dia berharap dengan perkembangan ekonomi digital dalam negeri yang terus tumbuh ini dapat mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Fintech sebagai kanal baru dalam dunia keuangan diharapkan dapat mendorong terciptanya inklusi keuangan di tengah masyarakat. Dia pun mendorong agar perusahaan fintech untuk dapat mendigitalisasi UMKM agar dapat tumbuh lebih baik ke depan.
Pasalnya, UMKM masih menjadi kontributor utama dalam perekonomian nasional. Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut, jumlah sektor bisnis UMKM di Indonesia pada 2021 mencapai 64,19 juta dengan partisipasi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,97% atau senilai Rp 8,6 triliun.
Sektor ekonomi kerakyatan ini juga memiliki peranan terhadap perbaikan ekonomi Indonesia, terlihat dengan kemampuannya menyerap 97% tenaga kerja dan mengintegrasikan investasi sebesar 60,4%.
“Bicara ekonomi Indonesia, yang mayoritas itu masih informal (UMKM) dan penyerapan pekerja besar. Jadi apapun yang Anda bisa lakukan dengan fintech terhadap UMKM ini akan sangat membantu memecahkan berbagai isu,” tuturnya.
Penulis: Nanda Aria
Admin: Panji A Syuhada