JAKARTA, duniafintech.com – Pada bulan Mei, Bank Sentral China mengalami perlambatan signifikan dalam pembelian emasnya, menandakan potensi perubahan strategi. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global dan upaya negara-negara mencari alternatif mata uang cadangan.
Sejak awal abad ke-21, China telah secara konsisten membeli emas untuk mengamankan keuntungan dari surplus perdagangan dan sebagai alternatif terhadap mata uang dolar. Penurunan pembelian emas ini menunjukkan adanya pergeseran dalam kebijakan cadangan devisa negara tersebut, yang berpotensi memiliki dampak signifikan.
Oscar Darmawan, CEO INDODAX mengungkapkan, “Karena adanya pergeseran dalam geopolitik global, diversifikasi menjadi penting karena diversifikasi juga melindungi dari dampak negatif ketidakstabilan politik atau ekonomi di satu wilayah, serta fluktuasi nilai tukar dan inflasi. Peningkatan ketegangan ini mendorong beberapa negara untuk mencari alternatif dalam mata uang cadangan mereka.”
Oscar menambahkan, “Dalam mencari alternatif, Bitcoin muncul sebagai pilihan yang menarik. Bitcoin menawarkan keunggulan sebagai aset yang tidak terkait dengan kebijakan moneter suatu negara dan memiliki sifat desentralisasi yang membuatnya lebih tahan terhadap tekanan politik dan sanksi eksternal.”
Ia juga menyoroti bahwa Bitcoin telah terbukti menjadi alat investasi yang efektif bagi investor yang mencari peluang pertumbuhan dan perlindungan terhadap fluktuasi mata uang konvensional.
El Salvador menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai devisa resmi pada September 2021, di bawah kepemimpinan Presiden Nayib Bukele. Tujuan utama langkah ini adalah meningkatkan inklusi keuangan, menarik investasi asing, dan mengurangi biaya pengiriman uang bagi warga yang bekerja di luar negeri, El Salvador mengintegrasikan Bitcoin dalam sistem keuangan nasionalnya untuk meraih manfaat ekonomi jangka panjang.
Di sisi lain, dalam investasi aset kripto seperti Bitcoin, platform seperti INDODAX menyediakan akses yang mudah dan aman bagi investor untuk membeli dan menjual Bitcoin serta berbagai aset kripto lainnya. INDODAX menawarkan berbagai fitur yang memudahkan pengguna, dan keamanan yang terjamin.
Selain itu, salah satu pendekatan investasi yang dapat dipertimbangkan adalah metode Dollar Cost Averaging (DCA). Teknik DCA adalah strategi di mana investor membagi jumlah total yang akan diinvestasikan dalam pembelian berkala yang sama jumlahnya, terlepas dari harga aset tersebut. Dengan melakukan ini, investor dapat mengurangi dampak volatilitas pasar dan menghindari resiko melakukan investasi besar pada saat harga puncak.
Dalam jangka panjang, DCA dapat membantu menciptakan biaya rata-rata yang lebih stabil untuk aset yang diinvestasikan, termasuk Bitcoin. Melalui fitur ‘Investasi Rutin’ pada platform seperti INDODAX, hal ini dapat menjadi cara yang efektif untuk melindungi dan mengoptimalkan investasi untuk mendapatkan keuntungan.
INDODAX juga terus berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang investasi kripto dan teknologi blockchain melalui INDODAX Academy. Melalui platform ini, Kami menawarkan berbagai pelatihan, webinar, dan materi edukasi untuk membantu individu memahami potensi dan risiko investasi kripto dengan lebih baik.
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com