JAKARTA – Kebijakan Bank Central Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan normalisasi suku bunga tengah dinanti.
Sebelumnya, bank sentral Amerika Serikat mengambil keputusan untuk tetap bertahan dan tidak mengubah suku bunga acuan.
Pemegang kendali The Fed itu memutuskan suku bunga tetap berada di angka 5,25 persen hingga 5,5 persen.
Gubernur Federal Reserve Bank of Kansas City Jeffrey Schmid memberikan gambaran terkait suku bunga tersebut.
Ia mengaku belum siap untuk menurunkan suku bunga.
Alasannya karena saat ini target dan kerja masih sehat.
Schmid dalam pidatonya di Kansas Bankers Association, memaparkan adanya penurunan inflasi yang memberikan berita “menggembirakan”.
Suku bunga kata Schmid akan tetap dipertahankan dan pihaknya memberikan isyarat untuk menurunkan biaya pinjaman.
Angka Inflasi Mulai Mereda
Adanya lonjakan inflasi ke level tertinggi memerlukan kewaspadaan dalam emngambil kebijakan.
“Terutama evaluasi untuk kemajuan,” paparnya.
Hal senada disampaikan Gubernur Bank Central AS atau Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
Dalam waktu dekat, tepatnya di awal september akan ada perubahan suku bunga.
Lebih jauh Jerome menjelaskan, harus ada Keseimbangan risiko konsisten dengan meningkatnya keyakinan terhadap inflasi.
Pernyataan yang dirilis para pembuat kebijakan yang digelar di Washinton menyatakan, telah membuat sejumlah penyesuaian.
Terpisah, Gubernur Federal Reserve Bank of Richmond Tom Barkin justru menilai bank central tidak perlu tergesa-gesa mengambil keputusan.
Menurutnya, saat ini ekonomi AS masih normal belum mengharuskan bertindak tegas.
Barkin menilai, dalam waktu dekat kedepan inflasi akan membaik.
Disusul dengan disinflasi yang terus berlanjut.
“Saya pikir Anda memiliki waktu untuk mencari tahu kondisi ekonomi untuk menormalkan suku bunga,” jelasnya.
Saat ini kata Barkin, pejabat The Fed tengah fokus pada pasar tenaga kerja.
Pasalnya, inflasi di sektor ini mendekati target 2% dari bank sentral.
Meski demikian, Barkin tetap optimis sebab hingga saat ini belum ada pemutusan hubungan kerja (PHK) yang meluas.
Para investor justru menilai akan ada penurunan suku bunga sebesar satu poin persentase.
Di bulan Juni tahun sebelumnya, indeks harga pilihan Fed naik sebesar 2,5%.
Berdasarkan pengamatan, indikator inflasi diawasi secara ketat dengan indeks harga konsumen.
Dampaknya bagi Indonesia
Kebijakan tersebut akan turut berdampak pada Indonesia terutama dari segi arus modal global.
Saat suku bunga acuan mengalami kenaikan, maka akan berdampak pada pasar global.
Tentunya akan memberikan dampak positif yang mampu menarik perhatian investor asing.
Khususnya dari segi penanaman modal di Indonesia.
Kemudian, dampaknya akan mendorong daya beli masyarakat.
Selanjutnya, akan meningkatkan peluang investasi di berbagai bidang.