JAKARTA, duniafintech.com – Harga saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) merosot ke zona merah pada lanjutan perdagangan Rabu (29/12). Hal itu pun bertepatan dengan kabar terkait Direktur Utama (Dirut) Bukalapak, Muhammad Rachmat Kaimuddin, yang mengundurkan diri dari jabatannya alias resign.
Kabar pengunduran diri itu sontak membuat harga saham BUKA pada Rabu turun 4,19% ke posisi Rp412/saham. Bahkan, persentase penurunannya mencapai 57%, hingga saat ini. Itu menjadi harga terendah sejak saham BUKA debut pada 6 Agustus 2021 lalu.
Merujuk pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 13.49 WIB, saham BUKA memang diketahui anjlok. Saat ini, harga saham BUKA telah tergerus separuh dari harga saat penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp850/saham.
Dengan demikian, saham BUKA kini merosot 7,59% hanya dalam sepekan dan anjlok 18,82% dalam sebulan terakhir. Pada Rabu siang, nilai transaksi saham BUKA mencapai Rp103,91 miliar dengan volume perdagangan 246,18 juta saham.
Sejalan dengan merosotnya saham BUKA ini, investor asing melakukan aksi lego dengan nilai jual bersih Rp1,17 miliar di pasar reguler.
Dilangsir dari CNBCIndonesia.com, terait kinerja keuangan teranyar, Bukalapak masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk (rugi bersih) senilai Rp1,12 triliun pada periode September 2021 atau akhir kuartal III tahun ini.
Akan tetapi, kerugian bersih ini membaik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp1,39 triliun. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan hingga 9 bulan pertama ini, Bukalapak tercatat membukukan pendapatan bersih senilai Rp1,34 triliun. Angka itu naik 42,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp948,43 miliar.
Beban operasional perseroan pada periode September ini naik 4% ketimbang periode yang sama pada tahun sebelumnya lantaran berbagai inisiatif baru yang diluncurkan oleh Bukalapak. Lalu, Bukalapak juga berhasil menekan kerugian Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA)-nya. Kerugian EBITDA pada September ini 15% lebih baik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
Kemudian, dari sisi Total Processing Value (TPV), hingga September ini diketahui tumbuh 45% menjadi Rp87,9 triliun. TPV ini pun naik dari posisi kuartal ketiga yang tercatat naik 51% menjadi Rp31,2 triliun.
Di samping itu, pertumbuhan TPV BUKA didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25% dan kenaikan sebesar 21% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang 9 bulan pertama di 2020 sampai dengan September 2021.
Di sisi lain, terkait Mitra Bukalapak yang diklaim sebagai penggerak utama pertumbuhan perseroan, TPV Mitra pada September naik 179% menjadi Rp40 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. ATV Mitra pada September 2021 tumbuh sebesar 63% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Sebelumnya diwartakan, Direktur Utama atau CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin, resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Diketahui, Rachmat ingin menjadi bagian dari pemerintahan. Pengunduran itu disampaikannya pada 28 Desember 2021 lalu. Adapun dalam keterbukaan informasi yang disampaikan perusahaan, pengunduran ini nantinya akan diproses dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.
“Pada tanggal 28 Desember 2021, Perseroan telah menerima surat permohonan pengunduran diri dari Muhammad Rachmat Kaimuddin selaku Direktur Utama Perseroan,” demikian bunyi keterbukaan informasi, Rabu (29/12).
Menurut manajemen Bukalapak, pengunduran ini dilakukan karena Rachmat berencana akan melakukan pengabdian negara dengan bekerja untuk pemerintah. Meski sudah menyampaikan pernyataan pengunduran dirinya, sejauh ini Rachmat masih memimpin perusahaan.
“Sampai saat ini, Rachmat Kaimuddin masih menduduki posisi sebagai Direktur Utama Bukalapak dan akan membantu proses transisi kepemimpinan di internal Bukalapak. Adapun Teddy Oetomo, Natalia Firmansyah, dan Willix Halim tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak,” tutur VP of Corporate Secretary Bukalapak, Perdana Arning Saputro, dalam keterangannya.
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra