Site icon Dunia Fintech

Kadin Dorong Tren Wisata Digital di Masa Pandemi

digital tourism wisata

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menekankan pentingnya terobosan digital tourism sebagai salah satu strategi yang efektif dalam mempromosikan berbagai destinasi dan potensi pariwisata Indonesia di saat pandemi.

Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid mengatakan, promosi pariwisata dalam negeri tersebut dapat dilakukan melalui berbagai platform digital.

Artinya, digital tourism tidak hanya sekadar mengenalkan, namun juga menyebar keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia.

“Tren ini merupakan inovasi dan lompatan besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia saat pandemi. Kadin Indonesia dengan sangat senang hati membantu pemerintah,” katanya kepada wartawan, Rabu (6/10).

Menurutnya, hal ini perlu dilakukan untuk mendorong pemulihan sektor pariwisata di Indonesia. Pasalnya, selama pandemi Covid-19 merebak sektor tersebut telah mengalami kerugian yang sangat besar, mencapai Rp10 triliun.

“Kerugian tercermin dari kontraksi yang cukup besar dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020,” ucapnya.

Pandemi Covid-19 telah menghantam industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Tidak main-main, dari data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak Februari 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis.

Jika ditotal, sepanjang tahun 2020 jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia hanya sekitar 4,052 juta orang. Angka itu hanya 25% dari jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia pada 2019. Selain itu, kurang lebih ada sekitar 30 juta lapangan pekerjaan di sektor parekraf yang terdampak pandemi.

Semua Aktivitas Wisata Dilakukan dengan Digital

Oleh karena itu, menjelaskan perlunya mendorong pemulihan sektor pariwisata dengan pemanfaatan teknologi digital. Lebih lagi, saat ini semua aktivitas wisata dilakukan melalui internet, seperti merencanakan perjalanan, pre-on-post journey, hampir seluruhnya dilakukan secara digital.

Tak hanya itu, segala bentuk promosi juga kini beralih ke digital. Untuk itu, menurutnya perlu mengembangkan titik-titik wisata yang menjawab keinginan wisatawan, seperti spot foto yang menarik dan memorable.

“Bangun juga spot-spot wisata Instagramable menjadi salah satu strategi mempromosikan tempat wisata secara gratis agar dapat meningkatkan wisatawan,” ujarnya.

Untuk mewujudkan ini, Kadin Indonesia mendorong pemerintah untuk mulai melakukan berbagai persiapan secara matang, misalnya dengan menyiapkan infrastruktur internet dan wifi, terutama di lima Destinasi Super Prioritas (DSP) dan desa wisata di Indonesia.

Melalui signal coverage yang lebih memadai di seluruh daerah hingga pelosok, sambung Arsjad, diharapkan akan membuat program bekerja dari tempat wisata misalnya, terwujud.

Kolaborasi dan Pemanfaatan Teknologi untuk Digital Tourism

Lebih lanjut, kata Arsjad, kunci utama bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif agar dapat bertahan di tengah pandemi adalah memiliki kemampuan adaptasi, inovasi, dan kolaborasi yang baik.

Untuk mendukung ini, ujarnya, Kadin Indonesia menjalin nota kerja sama dengan Kemenparekraf. Adapun, ruang lingkup nota kesepakatan tersebut meliputi pengembangan produk wisata, pertukaran dan pemanfaatan data dan informasi, pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan untuk riset, edukasi dalam bidang ekonomi kreatif, peningkatan kapasitas SDM pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pasalnya, saat ini pelaku masyarakat mulai berubah, dan dibarengi dengan tren pariwisata yang telah bergeser.

“Saat ini tren pariwisata berubah, seperti liburan tanpa banyak bersentuhan dengan orang lain agar tetap aman, yaitu staycation,” ucapnya.

Aktivitas wisata seperti staycation dan bekerja dari tempat wisata ini, sambungnya, bisa membangkitkan usaha perhotelan.

Tapi tak berhenti di situ, penyedia hotel juga harus inovatif misalnya menawarkan paket WFH, melengkapi sertifikasi cleanliness, healthy, safety, and environmental sustainability (CHSE) dan menyiapkan outdoor dining untuk menjaga jarak.

“Itu salah satu contoh,” tuturnya.

Tetap Memperhatikan Perkembangan Covid-19

Kendati demikian, dia menekankan pembukaan tempat wisata tetap perlu memperhatikan berbagai indikator kesehatan yang dikeluarkan oleh epidemiolog atau lembaga kesehatan terkait.

Indikatornya misalnya meliputi tingkat kasus positif, kasus harian pergerakan dalam tujuh hari terakhir, tingkat hunian pasien di ruang perawatan intensif, angka kematian, dan cakupan vaksinasi lengkap.

Menurutnya, meskipun angka positivity rate Covid-19 mulai menurun di dalam negeri, namun kewaspadaan terhadap penyebarannya tetap harus diantisipasi. Hal ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan saat berwisata.

“Tentunya kebijakan membuka sektor parekraf secara penuh kami dukung, tapi juga  indikator epidemiologi perlu dimasukkan dalam kebijakan pemulihan ini. Dari kelima indikator itu, amat ditekankan pentingnya tingkat kasus positif Covid-19 karena berkorelasi dengan aktivitas masyarakat,” jelas Arsjad.

Sementara itu, Kadin Indonesia juga mendukung adanya peningkatan resiliensi dan daya saing usaha melalui pemberian insentif dan akses permodalan, standarisasi usaha dan sertifikasi CHSE dan reaktivasi usaha.

Terakhir, Kadin jiga mendukung inovasi produk dan jasa melalui fasilitasi pengembangan produk jasa, perlindungan HKI dan transformasi digital, sehingga menghasilkan produk wisata berkualitas melalui apresiasi kreasi Indonesia.

 

Penulis: Nanda Aria

Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version