Site icon Dunia Fintech

Ada Lagi Kasus Robot Trading Abal-Abal, Kali Ini Rugikan Ratusan Member di Bali

robot trading abal-abal

JAKARTA, duniafintech.com – Kasus dugaan penipuan robot trading abal-abal kembali terjadi. Kali ini, ada ratusan member-nya di Bali yang merasa dirugikan oleh praktik bodong tersebut.

Robot trading abal-abal yang dimaksud adalah Fahrenheit milik PT FSP Academy Pro. Terbaru, sejumlah korban dugaan penipuan robot trading abal-abal berkedok investasi ini pun mulai berani buka suara.

Kabarnya, setidaknya terdapat sebanyak 700—1.000 investor yang menjadi korban di “Pulau Dewata”, dengan yang diinvestasikan pun beragam, mulai dari $1.000 sampai dengan $200.000. Total dana investor yang hilang ini jika dirupiahkan akan menyentuh angka lebih dari Rp200 miliar.

Menurut I Wayan Bena Rusiana selaku koordinator korban investasi robot trading abal-abal Fahrenheit wilayah Bali, para korban ini memutuskan untuk mengambil langkah hukum, yakni melaporkan kasus penipuan itu kepada polisi.

“Kami korban investasi robot trading abal-abal Fahrenheit akan melaporkan kasus ini ke Unit Krimsus Polda Bali pada Senin (14/3/2022). Kami juga berharap media bisa membantu mempublikasikan kasus ini agar tidak banyak yang menjadi korban,” kata I Wayan Bena kepada MPI, dikutip dari Okezone.com, Senin (14/3/2022).

Adapun aksi manipulasi robot trading abal-abal Fahrenheit itu menyisakan duka bagi para korban. Pasalnya, korban yang terbujuk rayu janji manis itu berasal dari berbagai kalangan. Yang paling memilukan, seperti dialami oleh korban berinisial FB.

FB menyebut, dana yang diinvestasikan sebesar $8.000, yang berasal dari tabungan dan pesangonnya setelah tidak bekerja lagi akibat pandemi. Ia pun tidak menyangka bahwa dana yang menjadi harapan hidup dan bakal dipakai untuk biaya kuliah anak-anaknya itu akan lenyap tanpa sisa usai diinvestasikan di robot trading abal-abal Fahrenheit.

“Uang yang saya investasikan sangat berarti. Saya sekarang lagi mikir biaya untuk kuliah anak-anak, sementara pekerjaan lagi enggak ada,” tuturnya.

MW, korban lainnya, juga menerangkan kejanggalan investasi robot trading abal-abal Fahrenheit ini. Hal itu diawali dengan pemberhentian trading pada tanggal 28 Januari 2022 lalu. Saat itu, pihak Fahrenheit berdalih bahwa pemberhentian itu dalam rangka mengikuti regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

“Setelah ada pemberhentian trading, kemudian owner Fahrenheit, Hendry Susanto, menyampaikan lewat pesan chatting di grup tele (Telegram, red) Fahrenheit bahwa penarikan hasil investasi (WD) dan trading akan kembali dilakukan pada 25 Februari. Dari penjelasan itu, kami member menunggu,” katanya. 

Ditambahkannya, pada tanggal 25 Februari, ternyata penarikan hasil investasi belum dapat dilakukan, tetapi trading-nya kembali berjalan. Adapun para member berasumsi bahwa pihak manajemen memang memiliki itikad baik.

Selanjutnya, ada pengumuman dari pihak manajemen bahwa proses WD bakal mundur ke tanggal 7 Maret. Manajemen pun memberitahukan bahwa penundaan ini terjadi lantaran proses WD yang bakal menggunakan dompet kripto dan mereka memberikan tutorial cara membuat akun kripto di beberapa platform.

Akan tetapi, janji yang disampaikan oleh manajemen ini tidak ada yang ditepati. Lantas, pada tanggal 7 Maret malam, malah terjadi trading yang mencurigakan. Pasalnya, algoritma robot melupakan open position trading yang melawan arah pasar.

“Jadi, trading yang janggal karena saat pasar terus naik, robot terus menjual dan ketika pasar turun, robot terus membeli. Padahal, data pasar menunjukan arah pelemahan yang kuat,” paparnya.

Hal itu pun membuat dana investasi member banyak yang mengalami loss besar-besaran. Demikian halnya ketika sudah profit, robot pun tidak mengeksekusi profit, tetapi justru dibiarkan terjadi loss.

“Loss makin besar dan equity terus makin terkuras. Baru kami tahu kalau itu yang namanya margin call. Loss yang disengaja serta dimanipulasi oleh pihak management beserta brokernya,” tuturnya.

Disampaikannya lagi, para member pun mempercayakan dananya untuk diinvestasikan ke Fahrenheit lantaran janji fixed income.

“Di saat pandemi seperti ini maka member yakin bahwa Fahrenheit adalah solusi. Namun, bukannya menjadi solusi, justru menjadi musibah bagi para member,” sebutnya.

Sebelumnya dilaporkan, korban penipuan robot trading abal-abal Fahrenheit ini ternyata bukan hanya di Bali. Pasalnya, ratusan orang yang menjadi korban trading abal-abal ini juga sudah melaporkan hal ini ke Bareskrim Mabes Polri.

Untuk total dana korban yang hilang di Jakarta akibat robot trading abal-abal Fahrenheit ini diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Robot Fahrenheit milik Hendry Susanto ini pun baru seumur jagung alias baru diluncurkan sekitar Juli 2021 lalu.

Dalam menjalankan aksinya, mereka juga tergolong rapi dan sistematis. Perusahaan menyediakan sejumlah kit, yang salah satunya adalah mencantumkan legalitas dari berbagai badan otoritas di Indonesia.

Akan tetapi, belakangan terungkap bahwa dokumen legalitas ini ternyata sebagian tidak valid, misalnya kode NIB dan KBLI dari Badan Penanaman Modal yang tidak sesuai. Padahal, dokumen itu yang dipegang para calon member sebelum memutuskan untuk bergabung.

 

 

Penulis: Kontributor/Boy Riza Utama

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version