JAKARTA, 2 Desember 2024 – Investasi saham adalah salah satu cara untuk mencapai kebebasan finansial. Namun, investor sering dihadapkan pada tantangan, termasuk bias psikologis yang dapat memengaruhi keputusan mereka.
Bias psikologis merupakan jebakan mental yang dapat mengaburkan penilaian investor, sehingga keputusan yang diambil menjadi kurang rasional. SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas, Teddy Wishadi, menjelaskan bahwa bias seperti overconfidence dan confirmation bias dapat berdampak signifikan pada cara investor menganalisis informasi dan mengambil keputusan.
“Dengan memahami bias-bias ini, kita bisa lebih percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat,” ujar Teddy.
Bias Psikologis Investor dalam Investasi Saham
Berikut adalah beberapa bias psikologis yang umum dialami investor, beserta cara menghindarinya:
-
Overconfidence atau Terlalu Percaya Diri
Bias ini muncul ketika investor terlalu percaya diri setelah sukses dalam beberapa transaksi. Mereka cenderung meremehkan risiko dan mengabaikan analisis mendalam untuk transaksi berikutnya.
Menurut Teddy, penting bagi investor untuk terus mengevaluasi strategi mereka dan tidak mengesampingkan riset. “Tidak peduli seberapa sering Anda sukses, analisis tetap harus menjadi dasar setiap keputusan investasi,” katanya.
-
Anchoring atau Terjebak pada Harga Awal
Investor sering kali terlalu fokus pada harga pembelian saham pertama mereka. Saat harga saham turun, mereka cenderung mempertahankan saham tersebut dengan harapan harga akan kembali naik, meskipun kondisi pasar menunjukkan sebaliknya.
Teddy menekankan bahwa keputusan investasi harus didasarkan pada analisis terkini, bukan sekadar harga beli awal. “Selalu tinjau portofolio Anda dan fokus pada nilai saham saat ini serta prospeknya di masa depan,” jelasnya.
-
Confirmation Bias atau Mencari Informasi yang Sesuai Keyakinan
Bias ini terjadi ketika investor hanya mencari informasi yang mendukung pandangan mereka, sementara mengabaikan fakta yang bertentangan. Hal ini dapat menyebabkan keputusan investasi yang tidak optimal.
Untuk mengatasi hal ini, Teddy menyarankan agar investor membuka diri terhadap perspektif lain yang kredibel. Diskusi dengan analis atau penasihat keuangan dapat membantu mendapatkan wawasan yang lebih seimbang.
-
Herd Behavior atau Mengikuti Kerumunan
Saat banyak orang membeli saham tertentu, godaan untuk ikut-ikutan sering kali muncul. Namun, perilaku ini dapat menyebabkan keputusan impulsif tanpa analisis yang memadai, yang berisiko merugikan.
Teddy mengingatkan bahwa perilaku herd sering kali mengarah pada investasi di saham gorengan. “Harga saham yang melonjak karena banyak yang membeli bisa menyesatkan. Jangan tergoda tanpa memahami informasi dan risiko yang mendalam,” ujarnya.
Mengenali dan memahami jebakan psikologis dalam investasi saham adalah langkah penting untuk mengambil keputusan yang rasional. Dengan terus belajar dan melakukan analisis mendalam, Anda dapat mengurangi risiko dan lebih percaya diri dalam mencapai tujuan investasi.