Banyak konsumen menghadapi tekanan finansial karena berbagai aspek. Sehingga, fintech bisa hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Lalu, bagaimana seharusnya pihak perbankan menyikapinya? Namun, sebelum menentukan hal tersebut, ada baiknya kita memahami bagaimana bisa fintech begitu digemari oleh masyarakat.
Permasalahan selama ini, tekanan finansial datang dari berbagai sisi. Salah satunya adalah biaya hidup yang semakin meningkat, karena bertambahnya pengeluaran dan meningkatnya inflasi. Selain itu, beberapa hal krusial seperti wabah COVID-19 juga mengurangi pendapatan.
Baca Juga : Terjerat Utang Pinjaman Online? Lakukan Langkah-langkah Ini
Baca Juga : Apa Itu Kredit Tanpa Agunan? Apa saja Kelebihan dan Kekurangannya?
Kondisi ini tentunya memperparah dan membuat orang semakin sulit menghidupi kebutuhan hariannya. Selain itu, juga ada beberapa faktor lain mengapa orang membutuhkan fintech..
Berikut akan kita bahas.
Fintech Unggul Karena Digitalisasi
Konsumen telah terbiasa dengan pengalaman digital di mana proses apa pun dapat menjadi sekali klik. Dari laporan fintechweekly, sebanyak 50% konsumen sekarang berinteraksi dengan lembaga keuangan mereka melalui aplikasi seluler atau situs web.
Dulu, pihak lembaga keuangan konvensional menghadirkan cabang hingga pedesaan. Ini bertujuan agar masyarakat terpencil mendapatkan pembiayaan.
Namun, hal ini bergeser. Karena digitalisasi dapat menjangkau para nasabah lebih luas. Bahkan, tanpa perlu membangun kantor cabang.
Karena dapat memotong durasi dengan lebih cepat sehingga memakan waktu yang lebih efisien. Tanpa harus datang ke kantor cabang.
Riset dari Accenture menemukan bahwa organisasi dengan kemampuan yang kuat untuk memahami dan merespons dengan tepat kebutuhan spesifik pelanggan mereka dapat mengguli lembaga keuangan lain. Dan fintech mampu membuktikan hal ini.
Pemimpin perbankan yang empati dibedakan oleh kemampuannya untuk mengumpulkan dan menggunakan wawasan data untuk terlibat dengan pelanggan mereka. Mereka juga menawarkan pilihan saluran kepada pelanggan berdasarkan keadaan emosional dan kebutuhan finansial mereka.
Sistem Fintech Juga Memudahkan Masyarakat
Tidak hanya digitalisasi, tetapi sistem di fintech juga berjalan dengan lebih cepat. Sistem ini tentunya berbeda dengan lembaga keuangan konvensional.
Membangun kantor cabang bukan lagi menjadi solusi. Tetapi, tak hanya sampai di situ, karena tanpa kantor cabang, nasabah dan perusahaan fintech tak perlu bertatap muka untuk sebuah transaksi atau sekedar pengurusan administrasi.
Inilah keunggulan fintech berikutnya.
Konsumen menginginkan akses yang lebih cepat ke informasi yang lebih baik melalui perangkat digital untuk mengembangkan dan memelihara kesejahteraan finansial.
Konsumen menginginkan lebih dari sekedar pemeriksaan tradisional, tabungan, kartu kredit atau hubungan pinjaman. Mereka menginginkan lembaga keuangan yang tertarik pada mereka secara pribadi dan berempati terhadap kebutuhan keuangan khusus dan kesejahteraan finansial mereka secara keseluruhan.
Menurut Accenture, “Kematangan solusi AI (artificial intelligent) saat ini, dipasangkan dengan kemauan pelanggan yang semakin besar untuk menggunakan saluran digital bahkan untuk interaksi yang kompleks.
Konsumen Ingin Solusi yang Lebih Personal
Konsumen mencari cara untuk melindungi keuangan mereka dan menemukan cara untuk mengurangi tekanan keuangan. Untuk beberapa diantara mereka, akan ada kebutuhan untuk membangun tabungan tambahan.
Selain itu, konsumen juga memiliki kebutuhan untuk keringanan kredit atau opsi kredit alternatif. Ini salah satu kelebihan lainnya fintech dari pada bank konvensional.
Perusahaan startup di beberapa negara maju sudah melakukan pendekatan yang lebih personal kepada para nasabahnya. Mereka tidak lagi seperti di bank, yang terkesan kaku dan sulit.
Fintech hadir dengan menyalurkan kredit yang sangat spesifik. Sehingga, benar-benar dapat menyentuh konsumen lebih dekat dan dapat mengatasi permasalahan.
Itulah mengapa prosedur fintech berbeda dengan bank. Karena sejatinya fintech melengkapi sistem perbankan yang terkesan lebih kaku.
Konsumen Menginginkan Lebih Dari Sekadar Produk Komoditi
Konsumen tidak suka mengatur keuangannya, terutama pada saat-saat stres. Perusahaan fintech telah menggambarkan bahwa banyak tugas keuangan yang menakutkan seperti penganggaran, investasi, menabung, dan bahkan meminjam dapat terproses secara sederhana.
Selain penyederhanaan dan personalisasi, konsumen menginginkan solusi yang akan memberdayakan mereka untuk secara proaktif membuat keputusan yang lebih baik.
Lembaga keuangan harus memposisikan kesejahteraan keuangan sebagai prinsip inti dan menggambarkan bagaimana produk dan layanan digital menciptakan nilai. Misalnya, menyediakan alat untuk pengambilan keputusan yang lebih baik akan memperkuat hubungan konsumen dan membedakan solusi di pasar.
Alat-alat ini harus mencakup analitik, kalkulator, dan alat proyeksi yang menggambarkan posisi keuangan saat ini dan bagaimana perbaikan dapat dilakukan. Asisten AI dan bahkan alat proyeksi sederhana dapat menampilkan tingkat empati yang diinginkan konsumen.
Selama proses pembelajaran ini, keterlibatan dengan konsumen meningkat. Dengan memantau bagaimana konsumen terlibat dengan alat yang tersedia, lembaga keuangan dapat menanggapi pertanyaan umum, memberikan data akun / saldo, mengirim peringatan dan pengingat melalui teks atau obrolan, mengatur pembayaran berulang, dll.
Beberapa organisasi telah mengambil langkah ini, seperti sebagai Bank of America dengan asisten digitalnya, Erica dan aplikasi Life Plan- nya.
Penulis : Kontributor
Editor : Gemal A.N. Panggabean