JAKARTA, duniafintech.com – Kontribusi bank syariah terhadap berbagai aktivitas ekonomi relatif masih rendah. Karena itu, menurut Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, kontribusi tersebut bisa terus didorong.
Agar lebih meningkatkan peran bank syariah, sambungnya, pemerintah perlu mendorong lebih banyak produsen untuk masuk ke dalam ekosistem halal.
“Setelah banyak produsen masuk dalam ekonomi halal, akan lebih mudah mendorong bank-bank menyediakan layanan pembiayaan syariah karena, pada umumnya, bank ‘follow the trade’. Begitu ekonomi halal meningkat, dengan cepat mereka akan menyambut,” ucapnya, dikutip dari Antara, Senin (21/2/2022).
Pasar ekonomi halal saat ini, kata dia lagi, bukan hanya menjadi incaran negara mayoritas muslim, melainkan juga negara non-muslim. Dengan begitu, Indonesia pun diharapkan tidak melepaskan momentum tersebut untuk menjadi negara adidaya dalam perekonomian syariah.
“Di tengah persaingan tersebut, Indonesia harus mengoptimalkan peluang yang dimiliki secara tepat,” jelasnya.
Sejauh ini ada sebanyak 20 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 12 bank syariah di Indonesia, dengan enam bank di antaranya punya modal inti kurang dari Rp2 triliun dan hanya satu bank yang memiliki modal inti lebih dari Rp20 triliun, yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Menurut pengamat ekonomi syariah, Irfan Syauqi Beik, Indonesia berpotensi menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia dengan pengembangan potensi yang ada baik di sektor riil, keuangan, dan sosial.
Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Oktober 2021, pembiayaan yang disalurkan bank syariah naik 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp418 triliun. Secara persentase, angka ini lebih baik ketimbang pertumbuhan bank umum konvensional yang naik 3,3 persen pada periode itu.
Meski demikian, hal tersebut terpaut jauh dengan bank konvensional. Pasalnya, bank syariah baru menyalurkan dana Rp418 triliun, sementara bank umum Rp5.784 triliun.
Adapun demi mendorongnya, sambung Irfan, ada tiga hal yang bisa dilakukan. Pertama adalah perlu adanya regulasi dari pemerintah yang mewajibkan beberapa wilayah kerja harus melaksanakan transaksi melalui bank syariah. Kedua, perbankan syariah harus meningkatkan daya saing dengan cara memberikan layanan yang mudah, murah, dan ramah. Ketiga, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah.
Ditambahkan Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, Indonesia pun perlu menguatkan literasi dan inklusi keuangan syariah. Adapun dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia, sekarang ini literasi keuangan syariah baru sekitar 8,93 persen dan indeks inklusi keuangan syariah sekitar 9,1 persen, sedangkan inklusi keuangan nasional sudah mencapai 76,19 persen.
“Apabila literasi keuangan syariah meningkat, artinya semakin banyak masyarakat yang paham mengenai cara kerja perbankan syariah dan manfaatnya seperti apa,” tuturnya.
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra