duniafintech.com – Kota Malaka, ibu kota negara bagian Malaysia, dilaporkan menjadi salah satu daerah pertama di dunia yang disebut sebagai “Kota Kripto.” Kota Malaka diperkirakan akan menarik sekitar 3 juta wisatawan per tahun. Hal ini, menurut laporan terbaru dari Bloxlive.tv, yang mengungkapkan bahwa pengunjung akan dapat menukar mata uang fiat dengan mata uang digital ketika “upon arrival”, sebagaimana dilansir dari cryptoglobe.com.
“Merevolusi Ekonomi dengan Kripto”
Wisatawan yang mengunjungi Kota Malaka akan dapat menggunakan “dana virtual” mereka sendiri. Namun, semua cryptocurrency “harus diperdagangkan ke aset virtual kota” yang disebut sebagai “Koin DMI.” Menurut laporan itu, wisatawan memiliki opsi menggunakan berbagai aplikasi untuk membayar barang dan jasa di dalam Kota Malaka.
Yang menarik, pemerintah Cina dilaporkan mendukung pengembangan kota, untuk “menjadikannya ibukota wisata blockchain.” Saat ini, tampaknya proyek crypto City Malaka sedang dalam tahap awal pengembangan.
Ini dapat dianggap hanya sebagai proof of concept (PoC) pada titik ini yang melibatkan percobaan dengan “crypto sebagai sistem moneter yang bisa diterapkan atau bisa juga merupakan musyawarah pariwisata yang terdesentralisasi [dan hanya] waktu yang akan memberi tahu,” kata Bloxlive.tv.
Kota Norwegia Juga Bereksperimen dengan Kripto
Seperti yang disebutkan dalam video Bloxlive.tv, Kota Malaka “bukan satu-satunya kota yang bertaruh pada kripto untuk merevolusi ekonominya.”
Misalnya, Liberstad, sebuah kota Norwegia, telah mulai mengembangkan “ekosistem aset virtual” sendiri. Komunitas Liberstad dilaporkan menggunakan kripto yang disebut “City Coin” untuk membayar pembelian kebutuhan sehari-hari di dalam kota.
Dubai Menggunakan Blockchain 50% dari Transaksi Pada 2021
Kota Timur Tengah Dubai, yang dianggap sebagai pusat bisnis Uni Emirat Arab, juga telah berencana untuk mengadopsi teknologi kripto dan distribusi ledger (DLT) dalam skala besar.
Pada bulan Mei 2018, pemerintah Dubai mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan teknologi blockchain untuk sekitar 50% dari transaksinya pada tahun 2021. Seperti yang dikonfirmasi oleh Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (pada waktu itu), wakil presiden dan perdana menteri UEA, wide-scale, pengadopsian skala besar teknologi blockchain adalah bagian dari proyek modernisasi teknologi berkelanjutan yang disebut “Smart Dubai.”
picture: pixabay.com