JAKARTA, duniafintech.com – Proposal untuk meluncurkan blockchain baru kripto Terra LUNA Terra 2.0 tanpa stablecoin algoritmis telah lolos. 65,5 persen peserta memilih mendukung proposal tersebut, sedangkan 13,2 persen menolak.
Blockchain tersebut akan diluncurkan pada Jum’at (27/05/2022) beserta dengan token LUNA baru.
Terra 2.0 dan LUNA yang Baru
Proposal tersebut diajukan oleh CEO Terraform Labs, Do Kwon sebagai bagian rencana pemulihan ekosistem Terra.
Baca juga: Berapa Penghasilan YouTuber? Simak di Sini Cara Menghitungnya
Pada hari Rabu (25/05/2022), mayoritas pemilih mendukung, sedangkan pemilih yang menolak gagal mencapai ambang batas 20,2 persen untuk menganulir proposal itu.
Melansir Blockchain Media, keputusan blockchain baru Terra 2.0 menyusul keruntuhan Terra senilai US$40 milyar yang terjadi pada awal bulan Mei. Proposal pemulihan yang diajukan Kwon serta didukung Terraform Labs dan Terra Builder Alliance berencana menciptakan blockchain baru dengan aset kripto LUNA baru.
Blockchain baru itu tidak akan memiliki stablecoin algoritmis seperti kripto Terra USD (UST). Crypto Briefing melaporkan, blockchain tersebut akan disebut Terra sedangkan blockchain lama yang sudah tidak bernilai akan disebut Terra Classic.
Bursa kripto asal Tiongkok HitBTC berkata siap mendukung perubahan blockchain baru tersebut. Kripto LUNA yang berbasis blockchain baru akan tersedia di HitBTC mulai 27 Mei 2022.
“Blockchain lama akan berganti nama menjadi Terra Classic (LUNC),” sebut HitBTC di Twitter.
Proposal yang disetujui akan memberi airdrop koin LUNA baru berdasarkan distribusi tertentu kepada investor yang menyimpan LUNA dan UST sebelum dan selama peristiwa keruntuhan Terra.
30 persen suplai LUNA baru akan dikendalikan governance, dan 10 persen akan diberikan kepada pengembang ekosistem. 70 persen sisanya akan diberi melalui airdrop kepada investor LUNA, UST dan aUST.
Baca juga: Apa Itu UMKM? Berikut Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Berdasarkan rencana ini, semua alokasi koin LUNA baru bagi Terraform Labs akan diterima melalui proses airdrop tersebut.
aUST mewakili token UST yang di-staking pada Anchor Protocol, produk peminjaman Terraform Labs yang berhasil menarik minat investor dengan potensi cuan hingga 20 persen per tahun. Protokol tersebut mengalami kegagalan saat Terra ambruk.
Kwon dilaporkan menghadapi tuduhan penipuan dari kelompok investor yang dirugikan. Jaksa penuntut Korea Selatan menyelidiki Kwon sebab ia mempromosikan Anchor Protocol. Protokol tersebut disamakan dengan skema Ponzi.
Baca juga: Mengenal Bos Terra LUNA, Kripto yang Harganya Anjlok 98 Persen
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada