Site icon Dunia Fintech

KVB Journalist Class X Asosiasi Blockchain Indonesia

kvb journalist class picture

duniafintech.com – KVB yang awalnya berdiri di tahun 2011 sebagai Public Relations Consultant, kini tumbuh menjadi unitary consultant yaitu Public Relations, communications dan venture consultant. KVB pun kerap menyelenggarakan acara-acara edukatif, salah satunya KVB Journalist Class, yang mana ini menjadi acara rutin yang di gelar KVB.

Baca juga : BukaProteksi Diri, Produk Asuransi Di Marketplace

Dalam KVB Journalist Class kali ini, KVB mengangkat dua tema diskusi yaitu “Perkenalan Voice of Startups dari KVB Sebagai Platform Inklusi Dalam New Economy” serta “Blockchain: Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme menggunakan Bitcoin” bersama Asosiasi Blockchain Indonesia.

Sesi KVB Journalist Class kali ini, KVB bekerja sama dengan ABI (Asosiasi Blockchain Indonesia) dalam mengedukasi dan meningkatkan pemahaman mengenai teknologi Blockchain. Seperti yang sering dibahas sebelumnya, secara garis besar, dengan memanfaatkan teknologi Blockchain, kita dapat mengirimkan data, nilai, maupun informasi instan tanpa perlu bergantung pada pihak ketiga.

Blockhain pun menjadi primadona dalam bidang teknologi yang kini marak diperbicangkan. Tidak sedikit perusahaan di Indonesia yang kerap memanfaatkan teknologi ini. Namun, Anda pasti bertanya-tanya “Mengapa banyak perusahaan yang mulai terjun ke dalam bidang blockchain ini?”

Muhammad Deivito Dunggio (Oham) selaku Executive Director of Asosiasi Blockchain Indonesia yang menjadi narasumber dalam acara KVB Journalist Class tersebut pun menanggapi hal itu.

“Sebenarnya ada satu permasalahan fatal yang bisa diselesaikan dengan teknologi ini (blockchain) yaitu dengan memanfaatkan data privacy, dimana data kini menjadi ‘The New Oil’, siapa yang memiliki banyak data maka dialah yang akan menjadi perusahaan atau negara yang kaya”, ungkapnya.

Mendengar kata Blockchain, pasti tidak akan lepas dari aset digital. Aset digital yang paling banyak disoroti salah satunya adalah Bitcoin. Dari hal tersebut pun, tema “Blockchain: Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme menggunakan Bitcoin” kerap diangkat dalam diskusi kali ini.

Mengangkat tema ini pun bukan berarti Blockchain dan Bitcoin merupakan hal yang akan sepenuhnya membawa dampak buruk bagi kemajuan teknologi dan financial technology di Indonesia.

“Teknologi apapun itu biasanya kriminal terlebih dahulu yang menggunakan. Sebagai contoh, ditemukannya pager (pajer) di tahun 80-an, mobile phone sebelum digunakan secara massal juga kriminal terlebih dahulu yang menggunakan, because it’s simply works dan ini juga terjadi dalam Bitcoin”, tegas Oham.

Baca juga : Apa Perbedaan Antara Blockchain dan Database?

Dalam sesi diskusi ini banyak penjelasan yang diungkap Oham, antara lain linimasa kejadian penting dalam sejarah Bitcoin, bahkan perkembangan aset kripto di Indonesia.

Mengakhiri diskusi hangat kali ini, Oham mengungkap hal yang menjadi alasan Blockchain diyakini sebagai teknologi yang tepat apabila dimanfaatkan serta dikembangkan di Indonesia.

“Kita di Indonesia, yang mana negara ini merupakan negara kepulauan dengan lagunya *sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia…* sama seperti Blockchain yang juga sambung menyambung menjadi satu, jadi memang sangatlah cocok jika Indonesia menggunakan teknologi Blockchain untuk data kependudukan”, tutupnya.

Baca juga : Sobat Trader, Bitcoin Capai Rp100 Juta, Sudah Tahu Penyebabnya?

— Dinda Luvita —

 

Exit mobile version