PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk terus menunjukan peningkatan kinerja di tengah situasi pandemi Covid-19 yang mengancam berbagai lini usaha. Hal itu tercermin dari pertumbuhan laba bersih BNI yang hingga kuartal III-2021 mengalami peningkatan sebesar 73,9% secara tahunan atau year on year (yoy), dari Rp4,3 triliun di kuartal III-2020 menjadi Rp7,7 triliun di kuartal III-2021.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan pertumbuhan laba ini utamanya berasal dari pertumbuhan fee based income (FBI) dan net interest income (NII) masing-masing sebesar 16,8% dan 17,6% secara yoy.
“Pencapaian ini juga merupakan hasil dari transformasi digital BNI yang salah satunya ditujukan untuk penguatan kapabilitas dalam transactional banking,” katanya dalam Public Expose BNI Kuartal III-2021, Senin (25/10).
Mencoba Bangkit dari Dampak Pandemi
Royke memaparkan, kondisi kuartal III-2021 sangat dinamis, di mana terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 yang memuncak pada bulan Juli 2021.
Kondisi ini juga diikuti dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berdasarkan level, yaitu mulai level 1 sampai dengan level 4, tergantung pada kondisi masing-masing daerah.
Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan termasuk BNI, dalam mempertimbangkan upaya pertumbuhan kinerja dan recovery dari tekanan atas dampak pandemi Covid-19.
Karena itu, BNI mengapresiasi segala upaya pemerintah dan kekompakan seluruh lapisan masyarakat dalam menahan laju penyebaran Covid-19, sehingga kini penyebaran virus dapat relatif terkendali dan aktivitas perekonomian mulai berangsur pulih.
“Pencapaian kinerja BNI pada kuartal III-2021 ini merupakan hasil positif dari upaya disiplin manajemen dan seluruh insan BNI yang senantiasa bersinergi menghadapi dampak Covid-19,” ujarnya.
Penghimpunan Dana Murah Sangat Sehat
Dia pun menuturkan, BNI juga mencatat kinerja penghimpunan dana murah atau CASA yang sangat sehat. Di mana komposisi himpunan dana murah mencapai 69,7% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini.
CASA tumbuh 8% yoy, yaitu dari Rp431,3 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp465,7 triliun pada kuartal III-2021. CASA mendominasi DPK yang juga tumbuh 1,4% yoy dari Rp659,52 triliun pada kuartal III-2020 menjadi Rp668,55 triliun pada kuartal III-2021.
“Pertumbuhan CASA tersebut berdampak pada penghematan beban bunga sebesar 10 basis point (bps) dari kuartal sebelumnya,” ucapnya.
Pendapatan Bunga Bersih Terus Meningkat
Selain itu, Pendapatan Operasional sebelum Pencadangan (PPOP) tumbuh 21,0% yoy yang tercapai dengan adanya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah yang kuat, di mana berkontribusi dalam recovery Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 basis point yoy.
Dia mengungkapkan, pendapatan bunga bersih atau NII meningkat 17,6% yoy, yaitu dari Rp24,39 triliun dari kuartal III-2020, menjadi Rp 28,70 triliun pada kuartal III-2021.
Dia menjelaskan, pertumbuhan NII ini merupakan efek pendistribusian kredit BNI yang masih tumbuh 3,7% yoy, yaitu dari Rp550,07 triliun pada kuartal III-2020, menjadi Rp570,64 triliun pada kuartal III-2021.
Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga
Di samping itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga yang kuat sebesar 14,2% yoy, yaitu dari Rp 8,94 triliun, menjadi Rp10,21 triliun pada kuartal III-2021.
Pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ini bersumber dari peningkatan kinerja sumber FBI penting perseroan, seperti pemeliharaan kartu debit dan rekening yang tumbuh 5,8% yoy dari Rp1,81 triliun, menjadi Rp1,92 triliun pada kuartal III-2021.
Kemudian pendapatan layanan ATM dan e-channel yang tumbuh 12,4% yoy dari Rp1,01 triliun, menjadi Rp1,14 triliun pada kuartal III-2021. Demikian juga FBI dari layanan trade finance yang meningkat 19,8% yoy dari Rp901 miliar, menjadi Rp 1,08 triliun pada kuartal III-2021.
Serta, pendapatan komisi dari marketable securities yang tumbuh 54,4% yoy dari Rp1,04 triliun pada Kuartal III-2020, menjadi Rp1,59 triliun pada kuartal III-2021.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra