duniafintech.com – Kontribusi masyarakat untuk berdonasi bisa dilakukan dalam beragam cara. Salah satunya berupa buku. Nah, kini bisa gratis mengirimkan buku untuk donasi, lho!
Pengiriman gratis berupa buku untuk donasi ini diprakarsai oleh PT Pos Indonesia (Persero). Program yang dimulai sejak pertengahan tahun 2017 ini merupakan bagian untuk menyukseskan program Pemerintah “Gerakan Literasi Nasional”. Jadi, Pos Indonesia menggratiskan donasi buku setiap tanggal 17.
Program ini sebagai bentuk implementasi “BUMN Hadir untuk Negeri” yang sudah dicanangkan beberapa tahun lalu. Melalui “BUMN Hadir untuk Negeri”, setiap perusahaan BUMN memberikan kontribusi nyata dalam membantu masyarakat. Peran Pos Indonesia melalui program donasi buku bebas biaya diharapkan bisa menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap buku serta turut mendukung pemerataan pendidikan melalui budaya literasi sampai ke pelosok nusantara.
Pengiriman buku bebas biaya bisa dilakukan di Kantorpos (kecuali Agenpos). Pengirim donasi buku merupakan pegiat literasi dan masyarakat umum yang akan menyumbangkan buku kepada pengelola Taman Bacaan masyarakat di seluruh Indonesia. Berat kiriman hingga 10 kg untuk sekali pengiriman.
Kebijakan pembebasan biaya pengiriman buku ke seluruh Indonesia ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai solusi dari keluhan para aktivis literasi atas tingginya biaya pengiriman terutama ke wilayah pelosok dan daerah terluar Indonesia.
Pada tahun ini, puncak pengiriman buku untuk donasi terjadi menjelang Idul Fitri lalu. Sebelum Idul Fitri lalu, para penggiat literasi merayakan “Idul Pustaka”.
Menurut laporan Pos Indonesia, jumlah paket buku yang mereka antar pada Mei lalu sebanyak 171 kali. Sebulan kemudian hingga mendekati Idul Fitri, jumlahnya meningkat hingga 1.076 koli, atau lebih banyak 500% lebih. Total 7 ton paket buku gratis yang diantarkan ke berbagai penjuru, terbanyak ke Bali dan Nusa Tenggara 26, 72%, kemudian Sulawesi dan Maluku 21,06%, dan Papua 18,42%.
Masyarakat yang mengirim dan menerima paket di berbagai daerah, melaporkan betapa senangnya mereka dengan kinerja Pos Indonesia. Relawan Noken Pustaka menyampaikan bahwa kepala cabang Pos Manokwari memberi pelayanan istimewa dan menunjukkan apresiasi tinggi kepada kegiatan berbagi buku Jaringan Pustaka Bergerak Papua. Dari Medan dan Pemalang masuk juga laporan tentang keramahan para kurir pos mengantarkan paket.
Penghargaan yang tinggi tentu harus disampaikan ke seluruh jajaran Pos Indonesia. Kesungguhan para petugas loket dan keramahan para kurir agaknya adalah cerminan dari kesadaran para pimpinannya bahwa mereka sedang terlibat dalam sebuah eksperimen sosial, sebuah revolusi, yang belum pernah dilakukan di negara manapun. Free Cargo Literacy, pengiriman buku gratis sekali sebulan, secara sistematis baru pertama kali dilakukan di dunia ini. Di Indonesia, yang memulainya sebagai fasilitator adalah Pos Indonesia.
Dimulai di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei, Free Cargo Literacy sudah menunjukkan kemampuannya menyatukan kekuatan masyarakat dan Pemerintah bahu-membahu menyebar pengetahuan ke berbagai penjuru tanah air.
Tingkat minat baca masyarakat Indonesia tercatat mengkhawatirkan. Berdasarkan studi Most Littered Nation In the World 2016, minat baca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara.
Hal tersebut diungkapkan oleh Subekti Makdriani, Pustakawan Utama Perpus RI, dalam sebuah kesempatan. Subekti mengungkapkan, rendahnya minat baca disebabkan beberapa faktor satu di antaranya budaya masyarakat Indonesia yang masih didominasi budaya tutur. Selain itu juga, penggunaan internet yang saat ini sudah menjadi kebutuhan.
Pengaruh internet juga sedikit banyak mempengaruhi minat baca di Indonesia. Sebanyak 132,7 juta orang Indonesia pada 2016 tecatat sebagai pengguna internet menurut data Perpustakaan Nasional 86,3 juta jiwa berada di Jawa,” terangnya.
Tak hanya itu, peran orangtua sangat penting menumbuhkan minat baca, kebiasaan gemar membaca juga harus diterapkan di sekolah agar anak-anak tidak lupa membaca.
Sebaiknya mereka membaca minimal 15 menit sebelum kegiatan belajar dimulai agar terbiasa. Karena tidak ada satu daerah yang maju sepanjang sejarah kecuali masyarakatnya gemar membaca,” tegasnya.
Source:
- posindonesia.co.id
- tribunews.com
Written by: Sebastian Atmodjo