duniafintech.com – Sebagian besar masyarakat mungkin telah mengetahui bahwa crowdfunding merupakan sebuah platform yang bertujuan untuk mengumpulkan dana melalui internet, dari sejumlah orang yang umumnya digunakan untuk kegiatan sosial.
Dilansir dari thenextweb.com, rekor pertama kesuksesan proyek crowdfunding online terjadi pada tahun 1997, yaitu ketika band rock Inggris Marillion mengumpulkan uang secara online dalam konsep sumbangan penggemar untuk tur A.S. Kesuksesan ini dilirik oleh pembuat film dan seniman, yang juga menggunakan konsep tersebut untuk membantu mendanai proyek mereka sendiri.
Crowdfunding telah ada selama berabad-abad, namun baru mulai mendapatkan daya tarik pada tahun 2003, yang akhirnya sistem ini kian melejit saat lepas landas pada tahun 2008 dengan memanfaatkan teknologi.
Jenis proyek crowdfunding berbeda-beda. Namun memiliki tujuan dan proyek spesifik yang senada, misalnya, untuk membantu korban bencana alam, meminjamkan dana pada orang-orang yang menjadi korban ketidakstabilan politik, untuk penyandang cacat, dll.
Sejarah menuliskan, pada awalnya crowdfunding diterapkan sebagai cara bagi seniman dan pekerja lepas untuk mengumpulkan uang demi kepentingan proyek mereka. Kini, banyak perusahaan besar yang menggunakan konsep tersebut. Peran media sosial mempermudah momentum pendanaan. Dengan demikian banyak pengusaha membangun bisnis mereka melalui crowdfunding untuk memperluas usaha. Bisnis ini diprediksi akan terus berkembang di tahun 2018.
Apakah yang membantu pertumbuhan crowdfunding?
Pernah mendengar tentang Bitcoin? Beberapa tahun lalu, Bitcoin mungkin masih asing ditelinga Anda. Namun sekarang, Anda mungkin harus tinggal di hutan belantara agar tidak pernah mendengar tentang mata uang digital tersebut. Sifat mata uang virtual ini dapat diperdagangkan dan mempermudah transfer, bahkan di beberapa negara seperti di Jepang dan Amerika, Bitcoin bisa digunakan untuk pembayaran. Adanya mata uang virtual ini juga mempermudah proses pelaksanaan crowdfunding antar negara.
Popularitas Bitcoin diikuti pula oleh teknologi yang mendasarinya, yaitu Blockchain. Dimana Blockchain merupakan buku besar terdesentralisasi yang bersifat transparan, peer to peer, dan tidak memerlukan orang ketiga dalam transaksi.
Written by : Sintha Rosse
Source by : thenextweb.com