duniafintech.com – Sejak tahun 2000-an, seiring semakin meningkatnya popularitas mata uang digital seperti Bitcoin, teknologi yang berada di balik cryptocurrency tersebut juga turut menjadi topik utama yang sering diperbincangkan di seluruh dunia. Oleh karena itu ini saatnya mengenal blockchain, sebagai teknologi mada depan.
Bahkan dewasa ini tak sedikit negara yang mulai mengadopsi teknologi itu ke dalam berbagai bidang atau sistem pemerintahan mereka. Salah satu negara itu adalah Dubai. Dubai ingin menjadikan negaranya sebagai smart city dan negara pemimpin teknologi untuk meningkatkan sektor perekonomian dengan mengadopsi teknologi Blockchain.
Selain itu, bidang kesehatan juga ikut melirik teknologi ini sebagai teknologi yang potensial untuk menjaga keamanan data pasien. Bagaimana teknologi ini bekerja? Misalnya, saat pertukaran data, ketika pasien mendapatkan resep obat dari rumah sakit tertentu, kekhawatiran akan ketidakakuratan data antara pihak rumah sakit dengan apotek yang dituju dapat dihindari, dan kebenaran data tidak dapat diduplikasi ataupun hilang.
Mengenal Blockchain Lebih Dekat
Blockchain dapat dikatakan sebagai buku besar peer to peer yang bersifat terdesentralisasi, terenkripsi, dan transparansi. Sebagaimana dilansir dari catalyst.nejm.org, inti dari teknologi ini adalah bekerja dengan basis data bersama, seperti database tradisional, dan tidak ada kepemilikan sentral.
Sebagai gantinya, data dikelola melalui konsensus peserta dalam jaringan yang bekerja sama (dengan bantuan kriptografi) untuk memutuskan apa yang akan ditambahkan, sementara masing-masing peserta menyimpan salinan lengkap dari semua transaksi yang sama. Jaringan bisa bersifat publik (seperti Bitcoin, terbuka untuk siapapun) atau pribadi (terbatas pada anggota tertentu). Bila informasi baru perlu ditambahkan, setiap komputer di jaringan diberitahu dan memperbarui salinannya sesuai dengan itu. Dengan demikian dapat menghasilkan sumber kebenaran yang luas dan terdistribusi – bukan dari kepercayaan, tapi melalui konsensus secara kriptografis.
Informasi yang tersimpan dalam Blockchain bisa berupa apa saja, seperti transaksi keuangan, hak kepemilikan tanah, identitas pribadi, kekayaan intelektual, bahkan “kontrak pintar”. Kode komputer yang dijalankan saat kondisi tertentu harus terpenuhi. Namun, atribut Blockchain yang paling penting adalah kekekalannya: sekali sesuatu telah ditambahkan, maka sifatnya permanen, dan disimpan di ribuan komputer serta terkunci secara kriptografi.
Rincian teknis tentang bagaimana hal ini dilakukan agak rumit, namun teknologi ini melibatkan enkripsi kunci publik/privat (untuk anonimitas), bukti kerja (untuk kesepakatan tentang apa yang ditambahkan ke buku besar), aturan rantai terpanjang (untuk menyelesaikan konflik), dan jaringan peer-to-peer (untuk komunikasi).
Mengenal Blockchain dan Bitcoin
Seperti kita ketahui, Bitcoin muncul pada tahun 2009 sebagai platform pembayaran digital. Satoshi Nakamoto adalah sosok misterius yang sering disebut-sebut sebagai dalang hadirnya mata uang digital tersebut. Teknologi Blockchain sebagai tulang punggung dari Bitcoin, memungkinkan terjadinya proses transaksi yang diverifikasi dan tercatat dalam sebuah sistem terdistribusi yang terenkripsi untuk menjamin keamanannya.
Oleh karena sifatnya yang open source, platform Blockchain ini akhirnya dikembangkan oleh banyak pihak untuk memunculkan berbagai cryptocurrency selain Bitcoin, seperti Dash, Monero, Litecoin, dan lain-lain. Salah satu yang terbesar selain Bitcoin adalah Ethereum. Berdasarkan data dari inet.detik.com, saat ini kedua cryptocurrency tersebut memiliki kapitalisasi pasar mendekati angka $70 miliar.
–Sintha Rosse–