Site icon Dunia Fintech

Mengkhawatirkan! Menteri Keuangan El Salvador Sebut Konflik Ukraina-Rusia Ganggu Harga Bitcoin

El Salvador Bitcoin

JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Keuangan El Salvador, Alejandro Zelaya menuturkan, konflik yang terjadi saat ini antara Ukraina dan Rusia telah mempengaruhi harga bitcoin di pasar internasional, sehingga mengganggunya. 

Imbas gangguan ini, Zelaya juga menyatakan belum layak untuk menerbitkan obligasi Bitcoin, yaitu untuk membiayai pembangunan Kota Bitcoin yang diumumkan tahun lalu oleh Presiden El Salvador, Nayib Bukele.

Dalam sebuah wawancara di jaringan televisi lokal, Zelaya menjelaskan dia yakin investor mungkin telah mengalihkan sebagian dana mereka ke industri lain selama konflik Rusia-Ukraina.

“Dengan datangnya konflik antara Rusia dan Ukraina, banyak investasi di kripto menjadi investasi di perusahaan yang terkait dengan industri senjata. Ada transfer investasi ke industri farmasi dan dalam kasus lain, ini pergi ke perusahaan yang memproduksi perlengkapan pertanian,” ujar Zelaya dikutip dari Bitcoin.com, melalui Liputan6.com, Senin (20/6/2022). 

Zelaya juga menyinggung para ahli yang mengkritik pembelian bitcoin yang telah dilakukan oleh pemerintah El Salvador melalui Nayib Bukele. Saat ini, El Salvador menyimpan lebih dari 2.500 BTC di neraca negara, dibeli dengan harga berbeda, dengan Bukele mengumumkan dia telah “membeli saat penurunan” beberapa kali.

Menteri keuangan itu menunjukkan bitcoin ini tidak dibeli untuk dijual dan tidak ada kerugian yang terkait dengan pembelian tersebut tanpa menukarnya dengan aset lain.

Baca jugaBahaya! Penambang Kripto Dibidik Para Hacker, Kenali 3 Modus Serangan Ini

“Mereka selalu keluar dan berkata ‘mereka kalah’, padahal kita belum benar-benar menjual koinnya. Jika Anda tidak menjual koin, Anda menyimpannya, Anda menunggu (sampai) harganya naik lagi dan kita tidak kalah,” pungkas Zelaya.

Sebelumnya, pergerakan harga Bitcoin cukup stabil pada Rabu pagi 15 Juni 2022 di sekitar USD 22.000 atau sekitar Rp 324 juta setelah runtuh sejak 2 hari sebelumnya di tengah kekhawatiran inflasi dan kelemahan makroekonomi yang lebih luas. 

Baca jugaZulkifli Hasan Dilantik Jadi Mendag, Asosiasi Kripto Siap Berkolaborasi

Penurunan terjadi setelah AS merilis data inflasi yang lebih buruk dari perkiraan pada Mei dalam sebuah catatan minggu lalu, yang melihat inflasi meningkat sebesar 8,6 persen dibandingkan tahun lalu. 

Trader sekarang memperkirakan kenaikan suku bunga lebih dari 175 basis poin hingga September, yang diperkirakan akan menurunkan pendapatan perusahaan dan memperlambat pengeluaran konsumen.

Trader dan analis kripto tetap sama-sama memiliki pandangan bearish. Salah satunya, Analis pasar senior Alex Kuptsikevich mengatakan dalam sebuah catatan Selasa sentimen pasar tetap dalam mode “ketakutan yang ekstrem” karena bitcoin mengalami penurunan terbesar sejak awal 2020.

Kuptsikevich menambahkan harga bitcoin bisa jatuh di bawah USD 20.000 atau sekitar Rp 294,6 juta sebelum pembeli jangka panjang kembali ke pasar, asalkan sentimen ekonomi makro membaik.

Baca jugaDenda Rp30 Juta Akan Mengintai Para Penunggak Iuran BPJS Kesehatan

Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada

 

Exit mobile version