JAKARTA, duniafintech.com – Raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Meta, mengklaim bahwa jaringan kabel bawah lautnya berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar US$600 miliar atau setara Rp8.605 triliun bagi Eropa dan Asia Pasifik.
Besaran kontribusi jaringan kabel bawah laut ini terungkap berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Analysys Mason dan RTI International yang ditugaskan oleh Meta.
“Studi ini memperlihatkan bahwa investasi kami membantu proyek-proyek kabel bawah laut untuk dapat memberikan dampak ekonomi yang nyata bagi penyedia layanan lokal, dan juga meningkatkan kapasitas internet, baik untuk negara maju maupun negara berkembang,” tulis Meta dalam keterangan resminya, Selasa (1/3).
Adapun, untuk meningkatkan kualitas konektivitas di seluruh dunia, Meta bekerjasama dengan banyak mitra dan membangun sejumlah sistem kabel baru di Eropa dan Asia Pasifik.
Dipaparkan, dari tahun 2021 hingga 2025, peningkatan kontribusi ini akan mencapai US$422 miliar. Di Asia Pasifik saja, upaya-upaya ini diprediksikan dapat menciptakan 3,7 juta lapangan kerja baru.
Sedangkan, di Indonesia, investasi kabel bawah laut ink diperkirakan dapat meningkatkan PDB hingga US$59 miliar secara kumulatif antara tahun 2023 hingga 2025 dan membantu menciptakan 1,8 juta lapangan kerja baru di bidang bidang konstruksi, telekomunikasi, dan industri yang berbasiskan layanan jasa seperti keuangan, kesehatan, teknologi informasi, dan pendidikan pada tahun 2025.
Negara Asean lainnya seperti Filipina akan memperoleh US$34 miliar tambahan PDB secara kumulatif dari tahun 2021 hingga 2025 dan 380.000 lapangan pekerjaan baru pada 2025.
Sementara itu, sistem kabel lintas samudra, Marea, di mana Meta menanamkan investasi secara signifikan, telah berkontribusi sekitar US$18 miliar terhadap PDB di Eropa setiap tahun sejak 2019, setara dengan 6% dari rata-rata pertumbuhan tahunan di Eropa.
“Dalam jangka waktu lima tahun ke depan, kami berencana untuk mengimplementasikan dua kabel baru di Eropa. Pada tahun 2027, kabel-kabel baru ini akan berkontribusi lebih dari US$65 miliar setiap tahunnya,” tulis keterangan yang sama terhadap perekonomian di Eropa.
Jika digabungkan, ketiga kabel yang terhubung ke Eropa akan berkontribusi pada pertumbuhan PDB sekitar 25%. Di Irlandia, jaringan kabel diperkirakan akan berkontribusi sebesar US$2,78 miliar USD terhadap perekonomian negara tersebut setiap tahunnya, mulai tahun 2025.
“Secara bersamaan, kabel-kabel ini akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan PDB Irlandia hingga 15%,” tambahnya.
Menurut perusahaan yang membawahi Facebook, Instragram, dan sejumlah perusahaan teknologi lainnya ini, menata kembali jaringan yang rumit di Asia Pasifik akan membawa manfaat bagi banyak orang, baik mereka yang tinggal di kota-kota besar maupun di area pedesaan.
Di Asia, sebagai contoh, kabel bawah laut yang ada terletak di beberapa hub yang telah berkembang pesat seperti di Jepang, Singapura, dan Hong Kong, berkerumun dengan rute kabel bawah laut yang sama.
Banyak pula yang melewati Selat Luzon di antara Filipina dan Taiwan, sebuah area yang rawan bencana geologis. Hampir seluruhnya melintasi beberapa jalur perairan tersibuk di dunia.
Untuk membantu mengurai kerumitan kabel bawah laut ini, Meta tengah mengembangkan sistem kabel bawah laut baru bersama para mitra di tingkat nasional dan regional. Dengan mengalokasikan sumber daya manusia, teknologi, dan finansial, pihaknya membantu meningkatkan keseluruhan performa dan ketahanan infrastruktur internet, menjadikan layanan internet lebih mudah diakses dan dijangkau oleh semua kalangan.
Hingga saat ini, Meta telah berinvestasi dalam beberapa sistem bawah laut di Asia Pasifik, melakukan diversifikasi rute dan menghubungkan lebih banyak komunitas.
Dua dari sistem ini telah beroperasi: Asia-Pacific Gateway and Jupiter. Kabel-kabel ini menjelajahi berbagai kawasan, melintasi Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Meta juga telah mengumumkan rencana untuk berinvestasi dalam delapan kabel bawah laut baru, yang dijadwalkan untuk mulai beroperasi antara tahun ini dan 2025. Dua kabel bawah laut, Echo dan Bitfrost, melewati Selat Luzon dan menjadi kabel pertama yang menghubungkan Jakarta, Indonesia secara langsung dengan Amerika Serikat.
“Kabel bawah laut lainnya, yang dikenal sebagai Apricot, akan menghubungkan Singapura, Jepang, Taiwan, Guam, Indonesia, dan Filipina. Apricot akan menjadi kabel bawah laut pertama lintas Asia yang menghindari jalur terpadat di Laut Cina Selatan,” tutupnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra