Site icon Dunia Fintech

10 Mitos tentang Keuangan yang Keliru dan tidak Perlu Dipercayai

mitos keuangan

Sejumlah mitos keuangan sudah beredar di masyarakat sejak lama. Bentuknya bisa beragam, tetapi asalnya tetap sama, yakni ketidaktahuan yang mengakibatkan kecemasan berlebihan dari banyak orang untuk mengatur keuangan atau finansial mereka, bahkan menginvestasikannya. Padahal, dengan mengetahui masalah keuangan secara fundamental, sejumlah mitos itu akan sirna dengan sendirinya.

Dalam hal ini, pemahaman yang baik terkait masalah keuangan tentu akan menyelamatkan seseorang ataupun pihak-pihak dari senarai mitos keuangan yang ada dan bahkan terus beredar itu. Di sisi lain, ada juga sebagian orang yang pasti sudah mengenal perkara keuangan sampai instrumen investasi, dan bahkan di antara mereka juga sudah ada yang sempat terjun ke dalam trading saham.

Namun, sekali lagi, kurangnya wawasan dan pengetahuan mengenai hal yang dianggap mitos keuangan tersebut memang hampir seluruh masyarakat di dunia mempercayainya dengan sangat mudah. Karena itu, di bawah ini akan dibahas mitos keuangan yang sejatinya keliru dan karena itu tidak perlu dipercayai.

10 Mitos tentang Keuangan yang Keliru dan tidak Perlu Dipercayai

  1. Memperkecil utang kartu kredit setiap bulan akan membuat skor kredit menjadi lebih baik

Pada poin pertama ini, pernyataan berisi mitos yang sering beredar adalah bahwa dengan memperkecil utang kartu kredit setiap bulan maka skor kredit atau score credit bakal menjadi lebih baik. Padahal, yang lebih baik itu sejatinya adalah tidak pernah berutang pada hal apa pun.

Kartu kredit sendiri penting untuk masa mendatang, membayar cicilan rumah, atau bahkan mengajukan pinjaman lain. Setiap orang bahkan juga dianjurkan untuk memiliki kartu kredit dan sering menggunakannya untuk segala jenis kebutuhan berbentuk cicilan atau tagihan bulanan. Dengan kian sering ia menggunakan kartu kredit untuk membayar berbagai tagihan, skor kreditnya justru akan semakin bagus.

Namun, syaratnya adalah ia mampu melunasi seluruh tagihan itu secara rutin alias tidak pernah menunggak pembayaran. Mmakin tinggi skor kreditnya, kian mudah baginya untuk memperoleh persetujuan pengajuan pinjaman pada masa mendatang.

  1. Investasi saham terlalu berisiko

Pernyataan di atas tentu keliru sebab semua investasi sejatinya memiliki risiko tersendiri, misalnya reksa dana atau surat utang (obligasi). Adapun pasar saham sendiri memang memiliki titik puncak kenaikan dan penurunan yang tidak menentu, tetapi secara historis, pasar saham selalu naik seiring berjalannya waktu.

Karena itu, penting untuk memastikan diri sudah mengikuti prinsip-prinsip dasar berinvestasi saham untuk mendapatkan pengembalian sekaligus imbal hasil yang solid. Di sisi lain, besarnya risiko pada masing-masing instrumen investasi juga dapat dipilih sesuka hati dan sesuai kebutuhan. Perlu juga diketahui, tidak semua investasi saham berisiko tinggi, demikian halnya dengan investasi reksa dana dan obligasi.

  1. Investasi properti adalah investasi terbaik

Investasi properti sering disebut sebagai investasi terbaik dan hal itu hampir sepenuhnya salah. Pasalnya, tiap investasi jelas mengandung risiko masing-masing, termasuk investasi properti. Bahkan, dari sekian banyak instrumen, investasi properti inilah yang paling berisiko tinggi. Modalnya juga tidak sedikit sebab setidaknya seseorang harus punya tanah dan rumah yang dibangun sendiri sebelum terjun ke investasi ini.

Di samping itu, investor juga memiliki tanggung jawab atas rumah yang ia investasikan tadi, mulai dari perawatan properti dan wilayah di sekitarnya hingga perbaikan apabila ada properti yang rusak (atau hilang). Ditambah lagi ia harus siap dan mampu bersikap ketika ada kondisi tidak terduga yang mengharuskannnya menjual properti itu, padahal harga pasar sedang turun.

  1. Menyewa sama saja membuang uang

Banyak orang yang percaya dengan mitos yang satu ini. Padahal, membeli dan menyewa adalah sebuah keputusan atas kebutuhan dalam menjalani hidup. Hal ini seperti membeli makanan yang padahal pada akhirnya dibuang juga ke toilet. Namun, hal itu tentu tidak sama saja dengan membuang-buang uang. Hal itulah yang dinamakan kebutuhan untuk bertahan hidup.

Karena itu, keputusan untuk menyewa rumah sudah pasti disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan sosial, yang terpenting dapat memiliki tempat tinggal untuk berlindung.

  1. Tidak perlu membuat anggaran keuangan selama mengetahui ke mana perginya semua uang yang dimiliki

Perlu diketahui bahwa tujuan membuat anggaran keuangan bukan sekadar untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikeluarkan setiap bulan sebab pembuatan anggaran ini terkait dengan rencana masa depan. Apabila seseorang memiliki banyak tujuan keuangan, seperti melakukan perjalanan jauh ke luar negeri, membeli rumah, atau pensiun dini, ia tentu perlu mengatur anggaran untuk memastikan bahwa dirinya akan benar-benar mewujudkan tujuannya tadi.

Hal itu bakal memudahkannya dalam mencapai goals financial tersebut. Dalam hal ini, ia akan mengetahui bagian mana yang kurang dan yang perlu mendapat dorongan finansial lebih kuat.

  1. Satu rupiah yang disimpan adalah satu rupiah yang didapat

Pernyataan di atas barangkali terdengar benar di telinga sebagian orang, tetapi nyatanya satu rupiah yang disimpan itu tidak akan sama nilainya dengan 5 tahun ke depan. Apabila seseorang mengerti soal inflasi keuangan, ia mungkin akan lebih menyadari dan lebih mempersiapkan segala hal agar tidak merasa dirugikan di kemudian hari.

Terkait dengan inflasi, meningkatnya biaya hidup pun dapat mengurangi nominal satu rupiah yang disimpan. Misalnya, harga beras sekarang hanya Rp8.000 per liter, sementara 5 tahun ke depan harganya naik menjadi 2 sampai 3 kai lipat dari harga saat ini. Hal itulah yang menjadi alasan betapa pentingnya mengelola keuangan berdasarkan catatan rencana anggaran yang sudah dibuat.

  1. Terlalu muda dan tidak memiliki cukup uang untuk mulai menabung demi pensiun

Bagi orang yang tidak percaya diri dan tidak ada keinginan untuk bahagia di masa pensiun, pernyataan ini mungkin saja akan dianggap benar. Padahal, siapa saja bisa menabung sebab yang terpenting adalah terdapat keinginan kuat dalam diri untuk menyisihkan sebagian pendapatan ke tabungan pensiun.

Dalam hal ini, berapa rupiahpun yang dimiliki, jika tidak ada komitmen, tabungan pensiun tidak bakal terkumpul sampai kapan pun. Di sisi lain, mengingat nilai satu rupiah yang disimpan tidak benar-benar menjadi satu rupiah pada masa depan, menjadi penting untuk memeriksa anggaran dan mulai memisahkan rencana tabungan pensiun ke dalamnya.

  1. Bayar pinjaman pendidikan terlebih dulu sebelum mulai merencanakan masa depan

Salah satu kategori utang yang baik adalah pinjaman pendidikan. Utang ini pun tidak dapat merusak skor kredit. Namun, membayar utang tidak ada hubungannya dengan merencanakan masa depan. Meski memang tidak boleh menunda membayar utang, tetapi kalau memang sudah jatuh tempo, segeralah untuk melunasinya.

Di sisi lain, kendat utang belum lunas, tetap harus mulai merencanakan keuangan masa depan. Karena itu, pisahkan pendapatan dan kemudian alokasikan ke pembayaran utang pendidikan dan kebutuhan atau tagihan lainnya secara bersamaan.

  1. Harga jual adalah harga terendah

Untuk meningkatkan penjualan, setiap pebisnis memiliki strateginya masing-masing. Dalam hal ini, mereka bakal menaikkan harga beberapa persen sebagai harga jual suatu produk. Sebagai contoh, harga jual normal sebuah kemeja premium yang dijual di pasar adalah Rp150.000. Ketika liburan akhir tahun tiba, harga pun dinaikkan sampai Rp200.000 lalu dicoret lantaran promosi dan kembali diberikan harga normal atau Rp150.000 tadi.

Hal itu membuat banyak orang yang menganggap bahwa toko itu memberi harga Rp50.000 lebih murah dari harga normal. Padahal, dalam kenyataannya harganya memang sudah demikian sejak awal sebelum memasuki musim liburan akhir tahun. Tentu hal itu merupakan sebuah taktik pemasaran yang jitu. Namun, tetap berhati-hati dalam menggunakan uang sebab siapa pun dapat terserang emotional spending, yakni ketika membeli produk itu hanya lantaran sedang diskon, padahal tidak terlalu membutuhkannya.

  1. Uang cash adalah segalanya

Memiliki dan menyimpan uang cash memang akan lebih mudah pengelolaannya. Di samping itu, tidak akan ada potongan biaya administrasi tambahan yang berlaku sehingga nantinya uang tidak tergerus habis. Meski begitu, mengantongi uang cash pun punya banyak kelemahan, khususnya saat terjadi kehilangan. Pasalnya, akan sulit untuk bisa melacaknya dan juga menahannya agar tidak dihabiskan oleh orang lain.

Lain hanlnya ketika kehilangan kartu debit atau kartu kredit. Pasalnya, akan sangat mudah untuk memblokir dan membatasi penggunaan kartu yang hilang itu, yakni hanya dengan mendatagi bank terkait atau bahkan melalui online. Dengan menggunakan uang elektronik, kartu debit, kartu kredit, dan semacamnya, seseorang juga akan memperoleh banyak keuntungan, bisa berupa promo atau diskon pembelian produk tertentu. Hal itu tentunya lebih hemat.

Itulah 10 mitos keuangan yang sering didengar dan bahkan masih dipercayai hingga sekarang. Karena itu, penting untuk mencari terlebih dahulu informasi mengenai sesuatu yang diragukan, termasuk dalam perkara keuangan agar tidak terjebak dalam daftar mitos di atas.

 

Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra

Exit mobile version