Money management adalah jurus jitu untuk menanggulangi kerugian yang menghantui di dunia trading forex. Pasalnya, meski potensi profitnya tinggi, trading forex memang rentan terhadap kerugian.
Untuk mengetahui salah satu strategi jitu tersebut, simak uraiannya di bawah ini.
Sekilas tentang Money Management
Pada dasarnya, strategi ini berarti pengelolaan uang yang mengacu pada proses perencanaan keuangan, seperti menabung, investasi, pengeluaran, atau mengawasi penggunaan modal untuk bisnis atau investasi, baik secara individu atau kelompok.
Istilah yang satu ini juga melekat dengan manajemen investasi dan manajemen portofolio.Di dunia trading forex, istilah ini berarti pengelolaan dana dalam akun trading Anda. Biasanya, hal itu mencakup besaran lot di setiap posisi trading, jarak antara harga entry (open position) dengan stop loss (SL) dan target profit, dan jumlah maksimal posisi trading yang akan Anda buka pada saat yang sama.
Contoh Money Management
Akar dari jurus jitu ini adalah pertanyaan tentang besaran dana yang menjadi “taruhan” risiko Anda. Adapun risiko dalam trading forex dapat diartikan sebagai risiko loss yang diambil sewaktu satu kali trading. Karena itu, tentukan terlebih dahulu jumlah loss maksimal yang sanggup Anda tanggung.
Contoh, Anda mengambil risiko 2% satu kali trading. Apabila terjadi loss tiga kali berturut-turut, akun trading Anda minus sebesar 6%. Jika pada trading keempat kali menghasilkan profit, dengan risk vs reward 1:3 akan menghapus semua loss Anda.
Dalam hal ini, bukan profit yang paling diutamakan, melainkan pengukuran risiko yang perlu Anda pikirkan dan didahulukan sehingga profit bakal mengikuti dengan sendirinya. Dengan menerapkan, misalnya, risk vs reward 1:3, Anda dapat menyesuaikan level take profit yang tiga kali lebih besar dibandingkan ukuran jarak stop loss untuk setiap order.
Tips Manajemen Keuangan di Trading Forex
Terdapat 4 metode penting dalam risk management yang bisa Anda gunakan untuk melakukan strategi ini pada transaksi trading Anda di dunia trading forex.
- Menggunakan stop loss atau take profit
Stop loss adalah nilai batasan harga terendah yang ditentukan untuk membatasi kerugian. Ketika pergerakan harga menyentuh nilai ini, sistem secara otomatis bakal menutup order atau posisi itu. Kendati stop loss dirancang khusus untuk membatasi kerugian yang mungkin timbul, keputusan memasang SL ini menjadi pilihan yang tidak nyaman bagi kebanyakan trader.
Hal itu lantaran dengan memasang stop loss, berarti Anda berisiko menutup posisi dalam keadaan rugi saat harga masih terkoreksi. Karena itu, tidak sedikit trader yang mengabaikan stop loss selama trading.
Padahal, kalau dipelajari lebih lanjut, kerugian ini lebih disebabkan oleh ketidaktahuan trader akan cara menggunakan stop loss dengan benar. Adapun istilah lain yang memiliki pengertian hampir mirip dengan stop loss adalah take profit. Perbedaannya, take profit digunakan untuk membatasi keuntungan yang akan di dapat. Jika order yang sedang profit terkena batasan ini, posisi bakal tertutup otomatis.
- Melakukan cut loss
Adapun teknik cut loss ini dilakukan dengan cara menutup transaksi yang merugi sesegera mungkin dengan tujuan untuk menghindari risiko kerugian yang lebih besar. Contoh, suatu waktu Anda memprediksi harga akan turun dan siap untuk melakukan sell sebanyak 1 lot di level 1.60000.
Akan tetapi, siapa sangka bahwa harga malah bergerak naik hingga ke level 1.60200 sehingga Anda mengalami kerugian sebesar minus 200 pips. Lantaran enggan menghadapi risiko kerugian yang lebih besar, di level 1.60200 posisi sell tadi Anda tutup dengan konsekuensi mengalami kerugian sebesar minus 200 pips.
- Mencoba teknik switching
Untuk diketahui, teknik switching dilakukan dengan cara menutup posisi yang rugi dan segera mengambil posisi baru yang searah dengan pergerakan harga selanjutnya. Adapun tujuannya untuk me-recovery kerugian yang diakibatkan oleh posisi transaksi sebelumnya.
Teknik ini umumnya efektif jika dilakukan lantaran terjadi perubahan arah harga yang cepat dan drastis. Contoh, Anda membuka posisi sell pada level 1.60000, tetapi ternyata harga bergerak naik hingga di level 1.60200.
Pada posisi itu, Anda telah mengalami kerugian sebesar minus 200 pips. Kalau Anda menganggap bahwa pergerakan harga masih akan naik, pada level 1.60200 Anda pun menutup posisi sell ini.
Lantas, pada waktu yang sama Anda membuka posisi buy di level 1.60200 tersebut. Kalau ternyata harga benar-benar terus naik hingga ke level 1.60400, posisi Anda kala itu akan mendapatkan keuntungan sebesar +200 pips, yang berarti bahwa kerugian -200 pips akibat posisi sell sebelumnya sudah tertutupi.
- Mencoba ambil risiko dengan averaging
Averaging cocok untuk digunakan bagi Anda yang memiliki mental yang kuat dan tidak takut dengan risiko. Disebut juga sebagai “cost-averaging”, ini merupakan teknik manajemen risiko yang cukup ekstrem sebab pada dasarnya teknik ini mencoba untuk “melawan” arah pergerakan harga.
Adapun ide dasarnya adalah pasar tidak mungkin hanya bergerak ke satu arah untuk selamanya. Kala itu, Anda melakukan sell 1 lot di level 1.60000. Saat harga bergerak naik hingga ke level 1.60200, bukannya menutup posisi yang rugi tadi, Anda malah menambahkan lagi satu posisi sell sebanyak 1 lot.
Di level ini, kerugian Anda senilai-200 pips. Namun, ternyata kala itu harga pun kembali naik hingga ke level 1.60800 sehingga pada level ini total kerugian Anda sudah menjadi -800 pips. Kerugian Anda baru akan tertutup saat harga turun kembali hingga ke level 1.60200.
Apabila di level ini Anda menutup semua posisi sell, kerugian Anda bakal menjadi nol. Kalau saat itu harga turun kembali hingga ke level 1.60000, Anda bakal memperoleh keuntungan sebesar +800 pips.
Pentingnya Money Management
- “Menjaga” dana
- Mengetahui risiko di setiap trading
- Menghitung keuntungan dan kerugian
Penulis: Kontributor
Editor: Anju Mahendra