JAKARTA, duniafintech.com – NFT motif batik karya Era Soekamto dijual hingga Rp 15 Miliar. Karya digital itu bertajuk “Adi Manungsa,”.
Era Soekamto merilis koleksi kain batik karyanya yang teranyar. Tidak hanya dalam bentuk fisik, lembaran kain wastra sarat filosofi itu juga diperkenalkan melalui non-fungible token alias NFT, hasil bekerja sama dengan Purpose NFT.
Okki Soebagjo dari Purpose NFT menyebut, ini merupakan salah satu langkah memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. “100 persen semangatnya ‘Adi Manungsa’ itu dikembangkan jadi 111.111 NFT unik,” katanya, dikutip dari Liputan6.com.
Baca juga: Lagi Tren di Dunia, Inilah NFT Marketplace Terbaik
“Adi Manungsa” dalam bentuk fisik terdiri dari 60 desain yang dikembangkan jadi 120 karya batik tulis. “Prosesnya ngebut. Cuma kurang lebih sebulan,” Oki menyambung.
Ia juga mengatakan bahwa “siapa pun bisa jadi filantropi melalui media ini.” Pasalnya, koleksi NFT ini dijual dengan harga beragam, mulai dari 10 dolar AS (sekitar Rp150 ribu) untuk 100 ribu NFT Prasadhana Digital Collection (dekorasi). Kemudian, 10 ribu NFT Vastra Digital Collection (kain) dihargai senilai 100 dolar AS (sekitar Rp1,5 juta).
Baca juga: Apa Itu NFT yang Bikin Ghozali Mendadak Kaya? Ini Penjelasan Lengkapnya
Disusul seribu NFT Purwarupa Digital Collection (prototipe), yakni sketsa kain dan kolase dengan lanskap candi, seharga seribu dolar AS (setara Rp15 juta). Tidak ketinggalan 100 NFT Rekhacitra Digital Collection (sketsa) senilai 10 ribu dolar AS (sekitar Rp150 juta).
Juga, 10 NFT batik Tunggal Trimatra Digital Collection (3D) yang dipasarkan senilai 100 ribu dolar AS (setara Rp1,5 miliar). Terakhir, dan yang paling mahal, adalah satu NFT Trimanunggal Trimatra Digital Collection (3D) seharga 1 juta dolar (setara Rp15 miliar).
Didonasikan untuk Anak-Anak dan Keluarga Rentan
Merealisasikan ucapannya untuk memanfaatkan teknologi demi kebaikan, Oki menyebut, 50 persen hasil penjualan NFT motif batik akan didonasikan untuk mendukung program SOS Children’s Village yang secara khusus membantu anak-anak dan keluarga rentan di Indonesia.
National Director SOS Children’s Villages, Gregor Hadi Nitihardjo, berkata, “Dari teknologi dibukakan ke nilai-nilai paling luhur. Ini juga yang kami lakukan selama 50 tahun. Anak-anak yang kami bantu sempat mengalami titik nadir. Mereka kehilangan atau dibuang orangtua mereka. Meyakini bahwa setiap manusia adalah Adi Manungsa, rasa percaya diri dan merasa disayangi itulah yang kami kembalikan.”
NFT batik, yang diklaim sebagai pertama kali, tersebut telah dipasarkan sejak Jumat, 22 Juli 2022, di situs web Purpose, purpose.art, dan secondary market di Open Sea, pasar NFT terbesar di dunia.
Terkait “Adi Manungsa,” Era memaknainya sebagai representasi kegelisahan tentang banyak sekali pertajaman perbedaan di luar yang membuat manusia lupa bahwa “kita adalah satu.”
Baca juga: NFT Digunakan untuk Apa Saja? Inilah Deretan Fungsinya
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada