JAKARTA, duniafintech.com – Funding Societies atau Grup Modalku, sebuah grup teknologi finansial pendanaan bersama alias P2P lending sektor produktif, mengakui adanya niat mereka untuk ikut menyajikan layanan neobank alias perbankan digital.
Adapun saat ini, tekfin P2P lending yang beroperasi di Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan di Indonesia melalui PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku.co.id) tersebut kabarnya sudah menggenggam kepemilikan saham di PT Bank Index Selindo (Bank Index) lewat PT Modalku Indonesia Makmur.
Bersama Grup Modalku, juga disebut nama marketplace kendaraan bekas asal Singapura, yakni Carro, yang notabene merupakan salah satu big-tech Asia Tenggara dan punya keterkaitan dengan Modalku dari sisi investor strategis. Sementara itu, dalam lanskap industri keuangan di tanah air, Carro juga diketahui punya kepemilikan perusahaan leasing PT Sembrani Finance Indonesia.
Menurut VP Head of Marketing Communications Modalku, Ariani Hadioetomo, pihaknya saat ini belum bisa berkomentar lebih jauh terkait kepemilikan di Bank Index. Meski demikian, ia tidak membantah pihaknya memiliki visi merambah layanan perbankan.
“Kami belum bisa berkomentar lebih lanjut terkait Bank Index, tapi sejalan dengan pendanaan Series C+ yang telah diraih Grup Modalku, kami akan memperluas bisnis menuju neo banking untuk mendukung UMKM lebih maksimal” ucapnya, dikutip dari Bisnis.com, Senin (28/2/2022).
Sebagai informasi, Funding Societies lewat Funding Asia Group memang baru memperoleh tambahan pendanaan di Seri C+ senilai US$144 juta pada awal tahun ini, menyusul putaran pendanaan Seri C yang sebelumnya terealisasi senilai US$45 juta yang diperoleh antara periode 2020 sampai 2021.
Untuk diketahui, investor yang terlibat dalam pendanaan ini, di antaranya SoftBank Vision Fund 2, dan investor baru, misalnya VNG Corporation, yang merupakan perusahaan teknologi raksasa dari Vietnam; Rapyd Ventures, investor global berbasis di Asia bernama EDBI; Indies Capital, K3 Ventures, dan Ascend Vietnam Ventures.
Ditambahkan Ariani, niat untuk ikut menyajikan layanan perbankan sudah dibidik pendiri Grup Modalku sejak 2015, yakni duo lulusan dari Harvard Business School Kelvin Teo dan Reynold Wijaya. Grup Modalku sendiri mengincar menjadi pemimpin dalam pendanaan digital di kawasan Asean, khususnya untuk segmen UMKM yang menghadapi banyak rintangan dalam memperoleh pinjaman usaha dari lembaga keuangan konvensional. Contohnya, lantaran kurangnya rekam jejak kredit atau tidak punya agunan untuk dijaminkan.
“Saat ini, kami terus berkomunikasi dengan berbagai rekan atau partner yang berpotensi untuk mendukung strategi bisnis Modalku ini,” jelasnya.
Terkait investasi ke perbankan ini bakal dilakukan oleh Grup Modalku sebagai Funding Societies atau Modalku sebagai P2P lending di Indonesia, ia menyebut belum dapat berbicara banyak.
“Jadi, Grup Modalku itu sebenarnya mengacu juga dengan sister company kami di negara lain dengan brand yang bernama Funding Societies. Semuanya konsep bisnis dan model bisnisnya sama, kok, dengan Modalku (sebagai tekfin P2P lending) di Indonesia,” tandasnya.
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra