Site icon Dunia Fintech

Nominal Saham GOTO Ditetapkan Hanya Rp1, Analis: Nyindir Bukalapak 

sejumlah perusahaan goto

JAKARTA, duniafintech.com – Nilai nominal saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) hanya ditetapkan senilai Rp1 per saham dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Dalam IPO-nya GOTO akan menawarkan sebanyak 52 miliar sahamnya ke publik.

Saham yang dilepas ini mewakili sebanyak-banyaknya 4,35% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseron. Harga penawaran umum perdana saham di kisaran Rp316 hingga Rp346 per lembar saham. 

Sehingga, dari IPO tersebut, GoTo akan meraih dana senilai Rp16,43 triliun hingga Rp17,99 triliun atau berpotensi meraih dana IPO yang terbesar kedua di BEI setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) senilai Rp 21,90 triliun.  

Menariknya, nilai nominal saham GoTo ini jauh lebih rendah dari nilai nominal saham emiten unicorn yang telah lebih dulu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Bukalapak (BUKA).

Saat akan mencatatkan namanya di BEI, BUKA menetapkan nilai nominal sebesar Rp50 yang mewakili 25% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Saham yang ditawarkan BUKA sebanyak 25,76 miliar saham.

Analis sekaligus Founder Traderindo.com Wahyu Tri Laksono berpandangan, rendahnya nilai nominal saham yang ditetapkan GOTO inu sebagai bentuk sindiran terhadap kompetitornya yang lebih dulu listing di BEI, yaitu Bukalapak.

Pasalnya, meskipun nilai nominal saham yang dipatok GOTO hanya Rp1, namun kapitalisasi pasarnya (market cap) jauh lebih besar dibandingkan Bukalapak. 

Diperkirakan dengan kisaran harga Rp316 hingga Rp346 per saham itu, kapitalisasi pasar GOTO saat melantai di BEI mencapai antara Rp376,6 triliun hingga Rp 413,7 triliun. Sedangkan market cap BUKA hanya dikisaran Rp80 triliun.

“Bacaan saya mereka mungkin nyindir (Bukalapak). Sebagai kompetitor. Kita nilai kecil (nilai nominal saham) tapi kapitalisasi raksasa. Kalau Bukalapak nilai besar, tapi toh anjlok sahamnya,” katanya kepada Duniafintech.com, Rabu (16/3)

Hal ini tampaknya cukup beralasan. Pasalnya kapitalisasi pasar emiten BUKA terus turun dari waktu ke waktu seiring dengan anjloknya harga saham perusahaan e-commerce tersebut.

Padahal, dalam penawaran saham perdananya BUKA ditargetkan dapat meraup kapitalisasi pasar hingga Rp87 triliun. Namun, kapitalisasi pasarnya saat ini, Rabu (16/3) hanya tersisa Rp26,59 triliun dengan harga Rp258 per saham. 

Selain itu, menurut Wahyu, patokan harga saham yang lebih rendah ini merupakan strategi GOTO untuk orientasi jangka panjangnya. Belajar dari euforia BUKA, tampaknya GOTO tak ingin mengulang kesalahan yang sama, yaitu naik di hari penawaran perdana, namun anjlok setelahnya.

“Selain banyak pertimbangan lainnya seperti valuasi atau nilai wajar. Orientasi jangka panjang. Yang terpenting adalah publik bisa membeli lebih murah, namun banyak atau kapitalisasi besar yang ujungnya tetap besar dan bahkan terbesar di Indonesia,” ucapnya.

Dia menjelaskan, harga nominal saham sebesar Rp1 tersebut bukan digunakan untuk mengukur nilai riil suatu saham, tetapi hanya untuk menentukan besarnya modal yang disetor penuh pada neraca. Atau terkait modal awal investor.

“Ini semacam set up minimal yang fair buat semua investor sebelum go publik. Perusahaan penerbit berjanji untuk tidak menerbitkan saham lebih lanjut di bawah nilai nominal, sehingga investor dapat yakin bahwa tidak ada orang lain yang akan menerima harga penerbitan yang lebih menguntungkan,” tuturnya.

 

Penulis: Nanda Aria

Admin: Panji A Syuhada

Exit mobile version