JAKARTA, duniafintech.com – Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan, menjamurnya fintech menjadi pesaing terberat perusahaan pembiayaan (multifinance) yang lebih dulu hadir.
Menurut Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B OJK, Bambang W. Budiawan, sejumlah perusahaan pembiayaan pun mulai berkompetisi menyediakan layanan yang beragam via kanal digital.
Seperti diketahui, kemajuan teknologi sangat memudahkan masyarakat untuk mencari pinjaman dalam waktu singkat. Akses ini sekarang banyak diberikan oleh perusahaan pinjaman online (pinjol) atau financial technology (fintech).
Oleh sebab itu, transformasi digital di perusahaan pembiayaan dinilai menjadi kunci penting untuk menghadapi persaingan tersebut.
“Transformasi digital mengantisipasi produk-produk alternatif yang kompetitif, yang ditawarkan financial technology (fintech)” katanya, dikutip dari Kumparan.com, Jumat (11/2/2022).
Bambang mengatakan, transformasi lain yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan sekarang ini adalah dengan menggunakan sosial media untuk credit scoring, misalnya riwayat pembayaran dan exposure pinjaman.
Baca Juga:
- Tiga Multifinance Ini Mulai Terbitkan Obligasi pada Awal Tahun
- Diprediksi Kembali Semarak, Sejumlah Multifinance Bakal Terbitkan Obligasi
“Tren lainnya adalah pengembangan metode pembayaran. Pembayaran tak hanya dari handphone, namun juga ada jam yang menyediakan fitur transaksi cashless,” jelasnya.
Adapun tren terakhir, yakni pengenalan wajah (biometric face recognition) berupa capturing, extracting, comparing, dan matching. Menurut laporan OJK, industri multi pembiayaan memang mengalami penurunan selama dua tahun belakangan.
Diketahui, nilai aset industri ini merosot 5,03 persen pada Desember 2021. Bambang menilai, tantangan yang dihadapi adalah dalam hal kecepatan adopsi digitalisasi. Di samping itu, hambatan lainnya adalah munculnya pesaing baru dari fintech memasuki pasar multifinance.
“Krisis ekonomi akibat pandemi mempercepat adopsi digitalisasi oleh konsumen pada hampir seluruh proses bisnis, termasuk akuisisi, maintenance, dan collection,” paparnya.
Dorong pengembangan layanan digital
Pesatnya perkembangan era digital kini membuat sejumlah multifinance berlomba mengembangkan layanan digital serta makin berani merogoh kocek dalam untuk melakukan investasi di sektor digital dalam mendorong pembiayaan meski pembiayaan via platform digital dinilai masih minim dalam mendorong kinerja pembiayaan perusahaan.
Misalnya saja PT CIMB Niaga Auto Finance Tbk (CNAF), yang sejak 2019 lalu telah melakukan transformasi digital dengan meluncurkan CNAF Mobile sebagai aplikasi untuk membantu akuisisi yang didukung oleh beragam fitur diantaranya Geo-tagging, Digital Signature, dan verifikasi digital.
Sejalan, Mandiri Tunas Finance (MTF) pun kian bertambah serius dalam menggarap digitalisasi pada tahun ini. Namun, pembiayaan digital perusahaan pada tahun lalu memang belum terlalu besar, yakni sekitar 2% dari total penyaluran kredit MTF. Meski begitu, pada tahun 2022 ini perusahaan menargetkan naik dua kali lipat dari pencapaian tahun lalu secara pembiayaan melalui mekanisme digitalisasi.
Selanjutnya, ada perusahaan pembiayaan Clipan Finance yang melakukan kerjasama/kolaborasi dengan pihak lain sejak Agustus 2021 lalu, sebagai upaya mengembangkan layanan digital mereka. Sampai dengan akhir tahun 2021, kontribusi pembiayaan melalui kolaborasi digital ini mencapai Rp25 miliar, dari total pembiayaan Clipan yang sebesar Rp3,6 triliun.
Penulis: Kontributor / Boy Riza Utama
Editor: Anju Mahendra