JAKARTA, duniafintech.com – OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mencatat, tingkat kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross pada Februari 2022 sebesar 3,08% atau mengalami penurunan dibandingkan Januari 2022 yang sebesar 3,10%.
Selain itu, OJK juga mengungkapkan tingkat pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) tercatat sama dengan bulan Januari 2022, yaitu sebesar 3,25%.
Performa ini menurut Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo menunjukkan bahwa profil risiko lembaga jasa keuangan pada Februari 2022 masih terjaga baik dan mendukung stabilitas sektor jasa keuangan.
“Profil risiko lembaga jasa keuangan pada Februari 2022 masih terjaga dengan rasio NPL gross menurun menjadi sebesar 3,08% dan rasio NPF Perusahaan Pembiayaan stabil di level 3,25%,” katanya dalam paparannya, Rabu (30/3).
Anto pun menjelaskan, di lain sisi Posisi Devisa Neto (PDN) Februari 2022 kembali menurun menjadi sebesar 1,45% atau berada jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20%.
Kendati demikian, walaupun terdapat penyesuaian likuiditas perbankan sebagai dampak kebijakan kenaikan GWM Bank Indonesia, namun likuiditas industri perbankan pada Februari 2022 masih berada pada level yang sangat memadai.
Hal tersebut tercermin dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 147,33% dan 32,72%, di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.
Dari sisi permodalan, perbankan mencatatkan permodalan yang relatif stabil pada Februari 2022 tercatat sebesar 25,82% atau jauh di atas threshold. Sementara itu, industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang juga meningkat masing-masing sebesar 535,72% dan 323,11% yang berada jauh di atas threshold 120%.
Begitu pula gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat OJK sebesar 1,94 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
Sementara itu, OJK mencatat sektor jasa keuangan tetap stabil dan bertumbuh seiring peningkatan fungsi intermediasi di sektor perbankan dan industri keuangan nonbank (IKNB) serta menguatnya pasar modal.
Stabilitas ini didorong kerja pengaturan dan pengawasan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang solid, serta terkendalinya pandemi sehingga meningkatkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat dan mendorong pertumbuhan perekonomian nasional.
Dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Maret 2022 disebutkan stabilitas sektor jasa keuangan tercermin dari pasar saham Indonesia yang terus menguat. Hingga 25 Maret 2022 IHSG telah menguat 1,6% mtd dan mencatatkan all time high pada level 7.049,68.
Penguatan ini sendiri didukung oleh net buy nonresiden di pasar saham yang tercatat sebesar Rp5,12 triliun mtd dan di pasar SBN, outflow nonresiden mencatatkan peningkatan sebesar Rp36,65 triliun sehingga turut mendorong peningkatan rata-rata yield 19,8 bps.
Selain itu, penghimpunan dana di pasar modal melalui Penawaran Umum Saham, Obligasi dan Sukuk hingga 29 Maret 2022 telah mencapai nilai Rp47,6 triliun dengan penambahan emiten baru sebanyak 15 emiten.
Anto menjelaskan, fungsi intermediasi perbankan pada bulan Februari 2022 juga kembali mencatatkan tren positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 6,33% yoy atau 0,93% mtm dengan seluruh kategori debitur mencatatkan kenaikan, terutama UMKM dan ritel.
Secara sektoral, mayoritas sektor utama mencatatkan kenaikan kredit secara mtm, terutama perdagangan, manufaktur, dan rumah tangga masing-masing sebesar Rp19,5 triliun, Rp8,8 triliun, dan Rp7,1 triliun.
“Hal tersebut mencerminkan dukungan perbankan dalam pemulihan ekonomi nasional terus membaik,” ucapnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Rahmat Fitranto