duniafintech.com – Co-founder Skype, Geoffret Prentice berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar 105 juta US dollar dalam putaran pendanaan signifikan pertama untuk usaha terbarunya, Oriente, bisnis microlending di Asia Tenggara.
Usaha baru ini menargetkan populasi besar yang tak terjangkau bank konvensional di wilayah itu. Konglomerat Indonesia Sinar Mas Group memimpin putaran investasi Seri A untuk Oriente, yang didirikan oleh Prentice di Hong Kong pada tahun 2017.
Perusahaan ini siap untuk memasuki Vietnam dan baru-baru ini memperluas usahanya ke Filipina dan Indonesia. Prentice menolak untuk mengungkapkan valuasi startup tetapi mengatakan itu tumbuh lebih cepat daripada Skype di masa-masa awal berdirinya dulu.
Baca juga: Aurora Memperluas Pengaruhnya di Pasar Indonesia
Microlending Berbunga Rendah
Model bisnis microlending telah ada selama beberapa dekade, tetapi Prentice percaya bahwa Oriente memiliki keunggulan – algoritme pengendalian risiko canggih yang membantu mempertahankan tingkat default sekitar 1%. Ini sebanding dengan rata-rata industri 8%. Perbedaannya, kata Prentice, memungkinkan Oriente menawarkan suku bunga yang lebih rendah.
Prentice mengatakan memiliki fintech yang lebih maju daripada di tempat lain, perusahaan telah menempatkan apa yang disebut pinjaman berbasis tujuan di pusat bisnisnya. “Begitu kita tahu apa yang orang-orang pinjam uangnya, kita memiliki pemahaman yang lebih baik tentang risiko,” katanya. Untuk mendorong pengguna mengungkapkan tujuan pinjaman mereka, perusahaan menawarkan suku bunga yang lebih rendah bagi pengguna yang mengunjungi toko bermitra dan membeli barang melalui pembayaran angsuran.
Oriente mematok biaya sekitar 3-4% tingkat bunga bulanan, sementara Prentice mengatakan beberapa platform microlending di Asia Tenggara mengenakan biaya lebih dari 15%. Mereka yang membayar kembali angsuran berhak mendapatkan diskon 25-50% dari suku bunga.
Baca juga: Malaysia Akan Atur Regulasi ICO Tahun Depan
Membantu Masyarakat yang Belum Tersentuh Layanan Perbankan Konvensional
Membantu individu dan bisnis mengakses layanan keuangan yang lebih baik sangat penting jika Asia Tenggara ingin terus memperluas ekonomi yang sehat. Wilayah ini adalah rumah bagi beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Meskipun Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara [ASEAN] memiliki output ekonomi senilai $ 2,8 trilyun tahun lalu, hanya 27% dari 650 juta orang di kawasan itu yang secara resmi mendapatkan akses ke bank konvensional pada tahun 2016, menurut konsultan global dan perusahaan audit KPMG.
Source: asia.nikkei.com
Written by: Dita Safitri