JAKARTA, duniafintech.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan outstanding pembiayaan fintech P2P lending per Januari 2022 mencapai Rp1,26 triliun atau 93,8% secara tahunan atau year on year (yoy).
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo menyampaikan, outstanding pembiayaan fintech lending ini dilakukan oleh 103 penyelenggara yang saat ini mengantongi izin OJK.
“Fintech peer to peer (P2P) lending pada Januari 2022 mencatatkan pertumbuhan outstanding pembiayaan sebesar Rp1,26 triliun atau 93,8% yoy,” katanya dalam keterangannya, Rabu (2/3).
Secara umum OJK mencatat hingga data Januari, sektor jasa keuangan tetap stabil dan terus bertumbuh yang tercermin dari meningkatnya fungsi intermediasi di sektor perbankan dan IKNB.
Tekanan dari sisi perekonomian baik domestik maupun global juga terpantau rendah seiring tekanan pada global supply chain yang mulai mereda. Sementara itu, ketahanan sektor keuangan terjaga meski perlu tetap mencermati perkembangan risiko kredit ke depan.
Selain itu, profitabilitas dan efisiensi sektor keuangan tetap baik dan pergerakan pasar keuangan juga relatif stabil, sejalan dengan tren historisnya.
Anto menyebut, kepercayaan investor dan terkendalinya penanganan kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia telah mendorong IHSG menguat. Volatilitas di pasar keuangan domestik yang mulai mereda mendorong meningkatnya aktivitas investor asing di pasar saham.
“IHSG menguat sebesar 3,88% mtd (month to date) dan relatif lebih tinggi dari negara emerging market lainnya. Investor nonresiden mencatatkan net buy sebesar Rp17,51 triliun, terutama ke saham sektor perbankan dan komoditas,” ucapnya.
Sementara itu, di sektor IKNB, piutang pembiayaan dalam tren peningkatan menjadi sebesar Rp367 triliun. Sektor asuransi berhasil menghimpun premi pada bulan Januari 2022 sebesar Rp26,9 triliun dengan premi Asuransi Jiwa sebesar Rp15,1 triliun, serta Asuransi Umum sebesar Rp11,8 triliun. Sedangkan untuk penghimpunan iuran dana pensiun tercatat sebesar Rp3,86 triliun.
Selain itu, Anto mengungkapkan profil risiko lembaga jasa keuangan pada Januari 2022 masih terjaga meskipun terdapat peningkatan rasio NPL gross menjadi sebesar 3,10% dengan NPL nett stabil pada 0,88%, sedangkan rasio NPF Perusahaan Pembiayaan turun menjadi 3,25%.
Sementara itu, Posisi Devisa Neto (PDN) Januari 2022 tercatat sebesar 1,65% atau berada jauh di bawah threshold sebesar 20%.
Di sisi lain, likuiditas industri perbankan pada Januari 2022 masih berada pada level yang memadai. Hal tersebut terlihat dari rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 156,76% dan 34,73%, di atas ambang batas ketentuan masing-masing pada level 50% dan 10%.
Dari sisi permodalan, lembaga jasa keuangan juga mencatatkan permodalan yang semakin membaik. Industri perbankan mencatatkan peningkatan CAR menjadi sebesar 25,78% atau jauh di atas threshold.
Sementara itu, industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan RBC yang juga meningkat masing-masing sebesar 530,8% dan 311,1% yang berada jauh di atas threshold 120%. Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan yang tercatat sebesar 1,95 kali atau jauh di bawah batas maksimum 10 kali.
“OJK terus mengamati perkembangan kondisi perekonomian dan sektor jasa keuangan. OJK bersama pemerintah dan otoritas terkait lainnya serta para stakeholder terus menjaga menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” ucapnya.
Penulis : Nanda Aria
Editor : Panji A Syuhada