JAKARTA – Penyelenggara platform P2P Akseleran, menargetkan pertumbuhan pendapatan tetap di kisaran 5%-10% pada tahun ini. “Target kami adalah pendapatan sekitar Rp80 miliar dengan profit sekitar Rp15 miliar,” ungkap Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas.
Pendapatan P2P Akseleran Terus Meningkat
Meskipun tidak menyebutkan angka pasti, Ivan menjelaskan bahwa pendapatan Akseleran terus meningkat setiap bulan dan perusahaan telah mencatatkan laba sejak Januari 2024.
“Kami bisa mencapai ini dengan menurunkan belanja operasional sekitar 40% dibanding tahun lalu,” jelasnya.
Saat ini, industri pinjol menghadapi tantangan berupa potensi penurunan pendapatan akibat pengetatan batas atas manfaat ekonomi pinjol. Berdasarkan Surat Edaran OJK (SE OJK) Nomor 19/SEOJK.06/2023 tentang Penyelenggaraan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi, batas maksimum manfaat ekonomi untuk pendanaan sektor produktif akan turun menjadi 0,067% mulai tahun 2026, dari sebelumnya 0,1%.
Sementara itu, batas maksimum manfaat ekonomi untuk pendanaan konsumtif akan dikurangi menjadi 0,2% mulai 2025, dari semula 0,3%, dan semakin turun menjadi 0,1% mulai 1 Januari. Ivan menyatakan bahwa penurunan batas bunga ini tidak terlalu berdampak pada Akseleran karena rata-rata total biaya pinjaman yang dikenakan sekitar 2% per bulan, meskipun ada beberapa pinjaman dengan nominal kecil yang bunganya mencapai 2,5% per bulan.
Batas Manfaat Ekonomi Mempengaruhi Laba P2P Lending
Ketua Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar, menambahkan bahwa batas manfaat ekonomi sangat mempengaruhi laba P2P lending. Namun, faktor lain seperti peningkatan biaya kontrol risiko dan biaya akuisisi pelanggan juga berperan besar, terutama karena kualitas peminjam baru yang menurun, meningkatnya kasus penipuan, dan kelompok gagal bayar (galbay) yang terus berupaya mendapatkan dana.
Laba perusahaan pinjaman online menunjukkan tren penurunan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa laba P2P lending pada Juni 2024 turun 25,41% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp336,01 miliar dari Rp450,51 miliar di Juni 2023. Pendapatan non-operasional juga menurun 45,73% menjadi Rp92,45 miliar dari Rp170,37 miliar.
Meskipun demikian, pendapatan operasional meningkat 13,68% menjadi Rp6,45 triliun dari Rp5,67 triliun, meskipun angka ini masih lebih rendah dibandingkan pencapaian pada Oktober hingga Desember 2023 yang mencapai kisaran dua digit, yaitu antara Rp10,4 triliun hingga Rp12,5 triliun.