JAKARTA, duniafintech.com – Pandemi Covid-19 yang berlangsung di dalam negeri telah membawa dampak buruk secara sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Pasalnya, pengurangan aktivitas akibat sebaran virus tersebut telah membuat berbagai kegiatan ekonomi terganggu.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Charta Politika pada 12-20 Juli 2021 terhadap 1.200 responden, ditemukan fakta 60,3% masyarakat berkurangnya penghasilannya akibat larangan aktivitas yang diberlakukan pemerintah.
Lalu, sebanyak 16,1% responden menilai dampak pandemi menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan; 6% responden harus belajar dari rumah; 3,1% responden menilai pandemi memaksa mereka menjalankan protokol kesehatan; dan 2,6% responden mengatakan dampak pandemi corona harus membuat mereka bekerja dari rumah.
Namun, penurunan tingkat pendapatan masyarakat tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan industri perusahaan digital.
Di tengah kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat, perusahaan digital justru terus memperoleh dana segar, bahkan beberapa tumbuh menjadi perusahaan bervaluasi US$1 mikiar ke atas atau unicorn dan perusahaan bervaluasi US$10 miliar ke atas atau decacorn.
Menanggapi hal ini, Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa kemunculan decacorn dan unicorn baru selama masa pandemi disebabkan beberapa faktor utama.
Pertama, menurutnya ekspektasi investor terhadap startup di sektor tertentu cukup tinggi karena tren digitalisasi yang terjadi belakangan ini, misalnya logistik parcel yang mengikuti tren kenaikan transaksi e-commerce.
Hal yang sama menurutnya yang membuat perusahaan produsen kopi kekinian, Kopi Kenangan, berhasil meraih status baru sebagai unicorn anyar di dalam negeri. Karena, meningkatnya tren pembelian kopi kekinian sejak sebelum pandemi, dan ketika pandemi terjadi mereka memesan melalui aplikasi.
“Begitu juga dengan fenomena Kopi Kenangan dinilai bisa mengimbangi tren pembelian kopi cepat saji dan budaya kaum milenial yang semakin subur selama masa pandemi,” katanya kepada duniafintech.com, Selasa (28/12).
Kedua, perubahan gaya hidup dengan beralih ke konsumsi layanan digital diperkirakan bersifat permanen. Artinya, pasca kasus harian menurun dan mobilitas masyarakat kembali normal maka kebiasaan transaksi secara digital tetap meningkat dalam tren yang positif.
Ketiga, konsumsi kelas menengah ke atas khususnya di perkotaan masih kuat karena uang yang digunakan untuk jalan-jalan atau travelling, dan bepergian keluar negeri cenderung ditabung, atau dialihkan untuk membeli barang lain seperti belanja online dan membeli kopi lewat platform food delivery.
Artinya menurut Bhima, meningkatnya pertumbuhan perusahaan digital selama pandemi Covid-19 terdorong oleh konsumsi masyarakat kelas menengah atas yang masih memiliki simpanan cukup untuk berbelanja.
Unicorn dan Decacorn yang Tumbuh Semasa Pandemi
Adapun, sejumlah perusahaan rintisan (startup) mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi Covid-19. Beberapa startup seperti di sektor logistik, fintech, bahkan makanan dan minuman berhasil menyandang status sebagai unicorn dan decacorn baru.
Teranyar adalah produsen ritel kopi kekinian yaitu Kopi Kenangan yang memperoleh status sebagai unicorn di Indonesia. Status tersebut diperoleh setelah perusahaan memperoleh pendanaan seri C tahap pertama senilai $96 juta atau sekitar Rp1,3 triliun.
Pendanaan Seri C ini dipimpin oleh Tybourne Capital Management dan diikuti sejumlah investor dari seri sebelumnya, seperti Horizons Ventures, Kunlun dan B Capital, serta investor baru yaitu Falcon Edge Capital.
Edward Tirtanata, CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan mengatakan, lewat pendanaan tersebut, valuasi perusahaan kini menembus $1 miliar dan menempatkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan New Retail F&B Unicorn pertama di Asia Tenggara.
Sebelumnya, berdasarkan laporan Hurun Report dan CB Insight, valuasi perusahaan logistik J&T Express mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 283,78 triliun (kurs US$ 1 = Rp14.189). Dengan begitu, perusahaan ini berhasil menggenapi decacorn di dalam negeri menjadi dua, setelah status yang sama disandang Gojek pada 2019.
Sedangkan, Gojek kini telah melakukan penggabungan perusahaan dengan unicorn Tokopedia, dan membentuk entitas baru bernama GoTo. Valuasi GoTo pun diperkirakan mencapai US$ 40 miliar.
Di sisi lain, juga ada Bukalapak yang menyandang status unicorn dan memiliki valuasi sebesar US$6 miliar. Lalu, Traveloka dan OVO menyusul dengan valuasi masing-masing sebesar US$ 3 miliar dan US$ 2,9 miliar.
Selanjutnya, ada OnlinePajak tercatat memiliki valuasi sebesar US$ 1,7 miliar yang diikuti oleh platform investasi Ajaib dengan valuasi US$1 miliar dan fintech multifinance Xendit dengan valuasi juga US$1 miliar.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Anju Mahendra