JAKARTA – Kenaikan ekspektasi penurunan bunga acuan global memicu para pemodal kompak menyerbu pasar saham Indonesia dan Surat Utang Negara (SUN).
Para pemodal optimis dan telah memiliki gambaran perkembangan yang menjanjikan.
Ditambah adanya rencana pelonggaran moneter dalam waktu dekat membuat para pemodal kian bergairah.
Dengan demikian, harga saham SUN terus mengalami kenaikan hingga hari ini Rabu (21/8/2024).
Investor menyerbu SUN bukan tanpa alasan.
Saat ini sentimen bullish pasar global yang kian memuncak.
Menyusul penurunan ekspektasi serta perkiraan akan terjadinya resesi di negara Amerika Serikat (AS).
Gairah investor tersebut membawa berkah tersendiri bagi Indonesia.
Hari ini Rabu (21/8/2024) rupiah semakin kuat sejak pagi tadi hingga siang ini.
Penguatan itu membuat rupiah tetap menjadi valuta dengan penguatan terbesar di pasar Asia di Rp15.478/US$.
Data yang berhasil dihimpun Bloomberg menunjukkan, terjadi penurunan yield SBN di semua tenor.
Kesimpulannya, yield SUN turun maka memunculkan indikasi meningkatnya permintaan beli yang menaikkan harga obligasi.
Berdasarkan pantauan, yield SBN-5Y terpantau mengalami pengurangan sebesar 3 bps ke 6,506%.
Menyusul tenor 10Y yang juga mengalami penurunan sebesar 2,8 bps ke 6,657%.
Sedangkan tenor 2Y turun 1 bps ke 6,519% pada pukul 13:56 WIB.
Pasar Saham Indonesia Diserbu Investor
Berdasarkan pantauan, hingga siang ini pasar saham terpantau tengah diserbu investor.
IHSG menunjukkan angka yang hampir menyentuh level all time high, atau level tertinggi sepanjang masa di 7.533,23, melompat 0,9% dibanding kemarin.
Jika berkaca pada capaian pada Februari 2023 lalu dengan capaian incoming bids asing hanya berada di angka Rp24,68 triliun.
Dengan demikian dana yang mampu diserap dari negara asing nilainya konservatif.
Tak lebih dari seperempat porsi dengan nilai hanya berkisar Rp7,75 triliun.
Secara keseluruhan dana yang mampu diserap dari lelan SUN tersebut mencapai Rp27 triliun.
Capaian tersebut sangat membanggakan melebihi target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp22 triliun.
Dari segi bullish pasar terpantau semua emerging market kini ‘kebanjiran’ modal global.
Bunga The Fed
Gambaran tersebut memberi penguatan tersendiri terutama terkait arah bunga The Fed.
Menariknya, gambaran yang terpantau menjelang pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat mendatang di Jackson Hole, membuat dolar AS banyak ditinggalkan.
Pergerakan indeks dolar AS siang ini bergerak di kisaran 101,9 setelah tadi malam ditutup melemah 0,6%.
Tim analis Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati dalam catatannya menyebutkan, investor global mengambil posisi short terhadap US dolar.
Hal itu disebabkan, adanya gambaran terhadap prediksi the Fed yang akan memangkas suku bunga secara agresif pada 2024.
Data menunjukkan, pada semester 1-2025 telah terjadi tiga kali penurunan masing-masing 25 bps dan sebanyak 100 bps.
Sehingga kedepan kata Lionel Priyadi dan Nanda Rahmawati, suku bunga the Fed diprediksi mencapai 3,50-3,75% pada Juni 2025.