Site icon Dunia Fintech

Peluang BI Rate Turun? NIM Juli 2024 Naik Tipis

Peluang BI Rate Turun? NIM Juli 2024 Naik Tipis

Peluang BI Rate Turun? NIM Juli 2024 Naik Tipis

JAKARTA, 30 September 2024 – Peluang BI rate turun lagi kian besar? Pasca pemangkasan suku bunga acuan, kini arah margin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan mulai diterka-terka.

Mengacu pada data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Statistik Perbankan Indonesia menunjukkan NIM perbankan per Juli berada pada level 4,59%.

Angka tersebut mengalami kenaikan meski angkanya tipis dari Juni 2024 hanya mencapai 4,57%.

Jika dibandingkan dengan capaian pada Juli 2023 lalu, angkanya berada pada level 4,84% dan posisi Desember 2023 pada level 4,81%.

Tantangan Biaya Dana

Meskipun suku bunga acuan telah menurun, namun Perbankan masih memiliki tantangan tersendiri yakni tantangan dari sisi biaya dana (cost of fund/CoF) yang masih tinggi.

Hal itu diungkapkan Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan.

Menurut Lani, hal ini disebabkan adanya perbaikan NIM yang belum bisa serta merta naik dengan penurunan BI Rate.

Dengan LDR di 87%-an kata Lani, maka NIM belum bisa serta dinaikkan.

Dampak BI Rate 

Berdasarkan catatan yang telah dihimpun, Net Interest Margin/NIM CIMB Niaga mengalami koreksi dalam hampir 2 tahun terakhir.

Data Juni 2024 menunjukkan NIM perseroan tercatat 4,21%, mengalami penurunan sebesar 40 bps dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 4,61% pada Juni 2023.

Pasca pemangkasan BI Rate tersebut, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) telah memproyeksikan rasio margin bunga bersih berada di kisaran 5,5%-5,6% hingga akhir tahun.

Menurut EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn, hingga semester I/2024, NIM BCA mencapai 5,7% sejalan dengan peningkatan volume kredit.

Hera menilai, pergerakan suku bunga, dan cost of fund yang relatif terjaga.

“Itu artinya, target yang dipatok turun tipis dibanding capaian enam bulan pertama 2024,” paparnya.

Komposisi aktiva produktif BCA kata Hera, mengalami pergeseran ke portofolio kredit yang memberikan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan aktiva produktif lainnya.

Hera mengungkapkan, saat ini, NIM BCA ditopang oleh peningkatan volume kredit dan pergerakan suku bunga pasar.

Sehingga, NIM akan bergerak sejalan dengan permintaan kredit di pasar.

“Serta pergerakan suku bunga dan kondisi likuiditas,” ungkapnya.

Peluang BI Rate Turun? dan Alasan Dipangkas

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo ada lima alasan utama BI melakukan penurunan suku bunga acuan.

Perry menjelaskan, berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia periode 17—18 September 2024, BI telah mengambil keputusan tersebut setelah melalui pembahasan panjang.

Alasan penurunan suku bunga acuan dari 25 basis poin menjadi 6% karena adanya pertimbangan terhadap faktor kondisi global maupun dalam negeri.

Arah penurunan suku bunganya ditinjau dari segi waktu maupun besarannya sudah terlihat jelas.

Sehingga kata Perry, BI hal itu akan memberikan dampak pada kondisi makro ekonomi.

Termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan Non Bunga

Untuk diketahui, NIM merupakan salah satu komponen selain pendapatan nonbunga, biaya operasional, dan biaya provisi kredit.

Hera menuturkan dalam melihat profitabilitas suatu bank, profitabilitas lembaga perbankan perlu dilihat secara keseluruhan.

Jika ditinjau dari sisi margin secara yield atau pendapatan bunga (interest income) membaik dengan adanya pertumbuhan kredit yang positif.

Komponen NIM secara interest income dan interest expense [beban bunga], dari interest expense tentunya bisa menjadi acuan.

Menurut Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini, di semester pertama ini tekanan lebih banyak datang dari cost of fund.

Mengacu pada data sejak Juli 2024, cost of fund BNI sudah mulai terkendali berkat kondisi likuiditas yang membaik. serta proporsi dana pihak ketiga (DPK) yang lebih fokus pada jenis dana yang bersifat transaksi.

Novita menilai, NIM semester II/2024 lebih baik dibanding semster I/2024.

“Tapi datangnya dari dua faktor yakni membaiknya pertumbuhan dan CoF yang terjaga,” ungkapnya.

Tantangan NIM Sedang Tinggi

Head of Research LPPI Trioksa Siahaan mengungkapkan, saat ini tantangan menjaga NIM bagi perbankan saat ini sedang tinggi.

Menurutnya, kondisi itu terlihat saat ini sejumlah bank mematok target NIM yang stagnan.

Sampai akhir tahun ini kata Novita, NIM diprediksi akan sedikit membaik sepanjang kondisi geopolitik global dapat terkendali.

Kedepan, diharapkan NIM dapat kembali stabil sehingga bisa lebih stagnan.

Exit mobile version