DuniaFintech.com – Baru-baru ini publik jagat maya dikejutkan dengan ‘pemalsuan’ hidangan laut bernama ikan Dori. Seperti diketahui ikan Dori yang telah dikemas fillet ternyata adalah imitasi dari ikan Patin. Kemiripan rasa, warna dan tekstur membuat ikan Patin ‘dipalsukan’ menjadi ikan Dori. Hal ini juga terjadi di beberapa negara selain Indonesia, salah satunya Amerika Serikat. Pegiat konservasi laut, Oceana, menemukan 20% sample ikan yang terjual ke pembeli dinyatakan salah jenis (mislabeled).
Mislabeled jenis ikan sudah menjadi permasalahan dunia. Penelitian Oceana lebih lanjut menyebut, restoran dan wet market kerap salah dalam menggolongkan jenis ikan. Saat dunia dihadapkan permasalahan ini, Norwegia secara khusus berjuang menghadapi masalah penyelundupan ilegal ikan Salmon.
Steinar Sønsteby, CEO Atea ASA, penyedia infrastuktur teknologi di wilayah Nordik dan Baltik mengatakan industri hidangan laut Norwegia telah melakukan ekspor dengan nilai transaksi mencapai USD 800 juta dalam setahun. Lebih lanjut ia menjelaskan, negara tersebut melakukan ekspor 2,7 juta ton hasil laut, atau setara 25.000 hidangan per menit di sepanjang tahun 2019. Namun permasalahan terbesar yang dihadapi merujuk kepada nelayan Norwegia yang diragukan memerhatikan etika berkelanjutan dan transparan.
“Disebutkan hampir 40% ikan di dunia tidak dikirim dari wilayah yang disebutkan pada labelnya. Selain diduga berkali-kali melakukan penggelapan, industri penghasil ikan Norwegia juga diduga melanggar etika keberlanjutan sumber daya,”
“Nelayan Norwegia dituduh mencemarkan laut melalui umpan untuk tangkapan ikan. Tuduhan soal penggunaan antibiotik pada hasil tangkapan melengkapi semuanya,”
Baca juga:
- Dapat Keuntungan Maksimal Investasi? Terungkap! Ini Strategi Sandiaga Uno
- Tencent Rambah Pasar Asia Tenggara dengan Perkuat Bisnis TV Digital
- Tiga Kesalahan Umum Trading Kripto yang Harus Dihindari
Solusi Blockchain untuk Deteksi Hidangan Laut
Direktur IBM Food Trust Europe, Espen Braathe menuturkan ke cointelegraph bahwa jaringan blockchain yang berfungsi untuk transparansi pasokan (Transparent Supply) menawarkan pemanfaatan yang sama dengan pihaknya. Ia pun melihat adanya kesempatan Norwegia untuk mengadopsi blockchain dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
“Norwegia dapat membangun tata kelola industri perikanannya dalam rangka membagikan data dan memilih pihak yang menerima informasi,”
“IBM Transparent SUpply menyediakan jaringan untuk menata keanggotaannya, pembagian dokumen secara aman serta membuat rekam sejarah aset fisik mau pun digital secara permanen,”
Semenjak jaringan blockchain transparent supply diresmikan secara khusus untuk industri hidangan laut Norwegia, beberapa perusahaan pun menunjukkan ketertarikan untuk bergabung. Kvarøy Arctic, perusahaan budidaya ikan Salmon ramah lingkungan tengah dalam proses menaruh data pada jaringan tersebut. Kvarøy Arctic sendiri segera membuka ritelnya di Kanada dan Amerika Serikat.
Sebelumnya Kvarøy Arctic juga bergabung dalam jaringan IBM Food Trust. Perusahaan ini mengaku permintaan menigkat setelah bergabung pada 5 Juni lalu. CEO Kvarøy Arctic, Alf-Gøran Knutsen menekankan pentingnya pelanggan mengetahui bahwa hidangan laut yang mereka konsumsi tidak hanya aman, tapi juga diproduksi dengan memerhatikan etika yang sehat dan berkelanjutan.
DuniaFintech