JAKARTA – Penambangan Bitcoin dapat menghadapi perubahan terbesarnya sejauh ini, berkat munculnya komputasi kuantum. Bayangkan ini: Masa depan di mana komputer kuantum dapat memecahkan masalah dengan kecepatan yang membuat mesin masa kini tampak seperti mesin ketik di samping komputer super modern.
Menarik, bukan? Tapi tunggu dulu. Saat ini, teknologi kuantum belum siap untuk mengambil alih penambangan Bitcoin—bahkan belum mendekati. Komputer-komputer ini masih seperti bayi yang belajar berjalan, dan kita masih butuh waktu bertahun-tahun lagi untuk dapat berlari dengan kecepatan penuh.
Penambangan Bitcoin mendekati revolusi komputasi kuantum?
Mari kita luruskan faktanya. Komputer kuantum saat ini memiliki sekitar 100 qubit. Sebagai perbandingan, penambang Bitcoin klasik menggunakan perangkat keras yang jauh melampaui ini. Untuk menimbulkan ancaman serius terhadap proses penambangan Bitcoin, komputer kuantum memerlukan jutaan qubit.
Bahkan jika kita mengambil skenario terbaik, di mana perusahaan seperti IBM dan Google meningkatkan upaya mereka, itu masih akan memakan waktu. Jadi, untuk saat ini, penambang tradisional dapat bernapas lega.
Estimasi teoritis menunjukkan bahwa Anda memerlukan komputer kuantum dengan sekitar 10.000 qubit untuk menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan Bitcoin. Sampai saat ini, kita masih jauh dari target tersebut.
Menurut Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA), komputer kuantum dengan kekuatan seperti itu memang akan menjadi pengubah permainan. Namun, teknologi seperti itu belum tersedia saat ini, dan mungkin tidak akan tersedia dalam 6 hingga 10 tahun mendatang.
Itu bukan sekadar angan-angan—itulah konsensus di antara para ahli di bidang ini. Dan hingga itu terjadi, penambangan Bitcoin tidak akan goyah.
Ancaman kuantum terhadap Bitcoin
Kekhawatiran terbesar dengan komputer kuantum adalah potensinya untuk memecahkan kriptografi yang mengamankan transaksi Bitcoin. Bitcoin bergantung pada SHA-256, algoritma kriptografi yang cukup solid—setidaknya terhadap komputer klasik.
Namun, komputer kuantum? Mereka mungkin punya cara untuk memecahkannya. Dengan menggunakan algoritma Grover, komputer kuantum berpotensi mengurangi separuh waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan enkripsi ini.
Akan tetapi, bahkan dengan algoritma Grover, tetap saja dibutuhkan jumlah operasi yang sangat besar—bayangkan operasi $$2^{128}$$—untuk memecahkan keamanan Bitcoin.
Saat ini, sekitar 25% Bitcoin dianggap rentan terhadap serangan kuantum karena cara penyimpanannya. Kedengarannya buruk, tetapi ini bukan kiamat. Penambang dan pengembang punya waktu—sebenarnya banyak—untuk beradaptasi.
Teknologinya akan semakin baik, tetapi pertahanan Bitcoin juga akan semakin baik.