JAKARTA, duniafintech.com – Pengertian staking crypto perlu Anda pahami. Umumnya, orang mendapat keuntungan dalam aset kripto melalui mining crypto atau menambang. Di samping kegiatan itu, ternyata ada aktivitas lain yang bisa mendulang sukses, yaitu staking coin crypto.
Pengertian staking crypto merupakan kegiatan dimana seseorang mendapat aset kripto dengan cara melakukan validasi atau semua aktivitas yang terjadi di teknologi blockchain.
Untuk mendapatkannya, Anda diwajibkan mengunci aset kripto di dalam e-wallet agar dianggap valid menerima keuntungan yang diinginkan.
Penawaran staking crypto biasanya berjangka waktu satu pekan, satu bulan, hingga satu tahun. Selama waktu tersebut, aset kripto yang dikunci tidak dapat diakses sama sekali.
Baca juga: Jangan Ragu, Begini Dasar Hukum Investasi Kripto yang Perlu Dipahami
Makin lama Anda memilih jangka waktu, maka lebih banyak keuntungan yang didapat. Mudah bukan? Konsep ini hampir mirip dengan deposito di bank.
Pengertian Staking Crypto dan Cara Kerjanya
Sebagai salah satu aktivitas dalam dunia cryptocurrency, staking kini cukup populer. Melansir Finansialku, fitur ini mewajibkan Anda menyimpan aset di dalam e-wallet dengan konsensus algoritma proof-of-stake (PoS) dalam jangka waktu tertentu.
Pelaku staking kripto biasanya disebut validator. Validator akan diberi imbalan jika berhasil memvalidasi transaksi tersebut. Setiap blockchain PoS memiliki aturan untuk validator.
Beberapa PoS menentukan aturan dengan memperhitungkan periode penguncian aset dengan batas minimum waktu tertentu. PoS melakukan validasi aktual dan membagikan imbalan ke validator berdasarkan aturan dan algoritma. Nominal imbalan dihitung berdasarkan jumlah aset yang dikunci.
Misalnya, node menyetorkan aset kripto ke jaringan dan menguncinya di dalam blockchain PoS. Jika blok baru berhasil dibentuk, maka validator menerima imbalan. Semakin banyak dan lama penguncian aset, maka imbalan yang diterima makin besar pula.
Baca juga: 10 Coin yang Bagus Untuk Investasi Kripto, Siap-siap Cuan Maksimal
Validator perlu memiliki atau menyediakan layanan yang stabil agar blockchain bekerja efisien. Salah satu upayanya dengan memotong bunga aset kripto yang curang. Biasanya, pemotongan dilakukan langsung oleh blockchain.
Jika Anda ingin memiliki passive income dari mata uang digital, maka staking crypto bisa dipilih. Meski sekilas terlihat seperti deposito yang selalu menguntungkan, pengertian staking cyrpto tetap memiliki risiko.
Sebelum melakukannya, sebaiknya memeriksa platform yang dipakai betul-betul secure. Hal ini karena dalam jangka waktu yang ditetapkan, Anda tidak dapat mengakses aset, termasuk menjualnya.
Jika tidak dipertimbangkan matang-matang, tentu ada potensi kerugian dimana Anda kehilangan momentum ketika harga kripto naik. Begitu pun jika harga turun, Anda tidak dapat melakukan cut loss.
Manfaat Staking Crypto
Staking crypto dianggap lebih menguntungkan dibanding mining dan trading. Selain itu, staking juga memiliki risiko yang relatif kecil dibanding dua aktivitas yang disebut di atas.
Anda bisa menggunakan modal kecil untuk mulai staking. Di sisi lain, Anda tidak juga tidak perlu memiliki komputer canggih untuk melakukannya, berbanding terbalik dengan mining dan trading kripto.
Dalam sistem, pengertian staking crypto berfungsi untuk menyimpan data transaksi yang aman dan mudah diaplikasikan untuk merekam data secara medis.
Cara Melakukan Staking Crypto
Koin kripto saat ini bertambah banyak. Tapi, bisa saja daya beli melemah. Berikut adalah cara staking crypto yang bisa Anda gunakan:
1. Staking Reddcoin (RDD)
Meski sempat dianggap sebelah mata di awal perilisannya, koin satu ini mulai banyak diminati. Bertujuan membantu kehidupan masyarakat umum, Reddcoin merupakan mata uang sosial media.
Reddcoin Proof of Stake Velocity (PoSV) merupakan sebuah algoritma inovatif yang membantu kepemilikan dan aktivitas. Anda akan memperoleh 5% keuntungan dengan staking selama satu tahun.
2. Staking Stratis (STRAT)
Pengembangan koin ini terus bertambah dan dikembangkan dalam aplikasi C# yang mendukung dotNET. Meski imbalan yang Anda terima hanya 0,5%-1% per tahun, nilai jualnya cukup baik.
3. Staking NAV Coin (NAV)
NAV merupakan koin pertama dengan dua blockchain yang dapat digunakan untuk transaksi pribadi. Transaksi koin ini cukup memakan waktu 30 detik. Dengan NAV, Anda bisa mendapat 5% per tahun.
4. Staking OKCash (OK)
OKCash muncul di tahun 2014 dan terus mengalami perkembangan. Koin ini menjadi salah satu mata uang kripto dengan kemampuan transaksi super cepat dengan annual return h1010%.
5. Stakingerified Transaction (PIVX)
Kripto ini memiliki fokus utama pada security dan privacy saat transaksi. Anda bisa mendapat hingga 5% dengan staking di koin ini.
6. Staking NEO (NEO)
Mulanya, pada 2014, NEO bernama Anthares yang merupakan proyek blockchain open source pertama di Tiongkok.
Koin ini menggunakan sistem smart economy yang menggabungkan digital assets, digital identity, dan smart contact. Anda bisa mendapat 5,5% return dengan NEO.
7. Staking Digital Cash (DASH)
DASH merupakan perintis sistem PoS. Dibangun dengan inti Bitcoin, DASH memiliki fitur privasi yang baik, transaksi cepat, dan desentralisasi peer-to-peer. Dividen dibagikan dalam bentuk masternode. Jika Anda menyimpan 1000 DASH di wallet, retur tahunan mencapai 7,5% .
8. Staking Bean Cash (BITB)
Saat pertama kali muncul, yakni pada 13 Februari 2015, Bean Cash bernama Bitbean. Setelah rebranding pada 2017, namanya berubah menjadi yang sekarang. Bean Cash merupakan pionir blockchain berukuran 20 MB, static block reward, dan sistem proof of bean. Reward diberikan sebesar 1000 Bean (1 Sprout).
Begitulah pengertian Staking Crypto yang perlu anda pahami. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Anda.
Baca juga: Koin Metaverse di Indodax, Pilihan Investasi Menggiurkan!
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada