DuniaFintech.com – Perkembangan fintech lending di masyarakat kian pesat. Perkembangan fintech lending tersebut pun dilihat sebagai peluang besar bagi PT Pegadaian. Oleh karena itu, Pegadaian dikabarkan telah menyiapkan produk digital lending yang memberikan pinjaman modal kerja bagi usaha menegah ke atas. Ini merupakan strategi yang diusung Pegadaian dalam menghadapi persaingan dengan fintech peer to peer lending (P2P) yang semakin berkembang di Tanah Air.
Direktur Teknologi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono menjelaskan, konsepnya berupa invoice financing. Oleh sebab itu, pinjamannya memiliki tenor pendek dari dua hingga enam bulan. Adapun besar pinjaman mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 2 miliar. Batas pinjaman tersebut mirip dengan batas maksimal pinjaman yang bisa diberikan P2P lending. Saat ini produk pinjaman digital tersebut masih dalam tahapan piloting izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Hingga saat ini penyaluran pinjaman Rp 270 miliar dengan outstanding Rp 15 miliar. Memang masih kecil, teknologinya tengah disiapkan. Sampai sekarang, rasio pinjaman bermasalah masih 0%,” ujar Teguh akhir pekan lalu.
Baca juga :
- Situs Penghasil Bitcoin Gratis 2020 Terbukti Tanpa PHP
- Pinjam Uang Cuma dengan KTP Tanpa Slip Gaji, Disini Tempatnya!
- Mau Dapat Passive Income? Lakukan Beberapa Cara Ini!
- Tips Belajar Saham Untuk Pemula Ini Bisa Bikin Untung!
- Daftar Perusahaan P2P Lending
Digital lending ini akan memiliki dua saluran. Pertama, secara tidak langsung dengan bekerja sama dengan P2P lending modal kerja terbesar. Ke depan, Pegadaian berencana akan menggandeng tiga hingga empat P2P lending modal kerja lain. Sejalan dengan itu, Pegadaian juga menggarap saluran langsung.
“Direct lending ini terutama dimulai dari BUMN. Jadi vendor-vendor yang sehat dan bekerja untuk BUMN bisa kami beri pinjaman langsung dari Pegadaian lewat invoice financing. Juga para UMKM yang tergabung dalam platform pasar digital (PaDI) milik Kementerian BUMN,” tambah Teguh.
Untuk mendukung pengembangan teknologi ini, Pegadaian telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) teknologi informasi senilai Rp 320 miliar.
“Kami akan menggunakan teknologi terakhir supaya bisa bersaing. Tidak bisa dipisahkan antara capex dengan operational expenditure (opex) dengan total sekitar Rp 640 miliar,” ungkap Teguh.
Dana itu akan digunakan untuk mengembangkan berbagai server. Lalu mengembangkan aplikasi Gadai Digital juga meningkatkan keamanan pada semua proses digitalisasi maupun produk digital Pegadaian serta pengembangan jaringan untuk modernisasi teknologi di cabang dan pusat, papar Teguh.
Selain menggarap digital lending, Pegadaian juga tengah menyiapkan tiga model bisnis lainnya saat memasuki new normal. Mulai dari Gold Card atau kartu kredit bagi nasabah berdasarkan tabungan emas. Juga transaksi gadai dropbox hingga menerapkan bisnis high touch to high tech.
(DuniaFintech/ Dinda Luvita)